source pinterest |
“Ratri!!!”
Aku terlonjak kaget. Secepat
kilat aku menegakkan punggung dan beringsut menjauhi lemari.
Tepat saat itu, pintu mengayun
berdentam. Menghadirkan sosok wanita dengan riasannya yang norak di hadapanku.
“Kau ni benar-benar... Pengen
rasanya aku injak-injak kepala kau yang tak ada isinya itu.” Aku memasang
tampang bodoh, sia-sia. Sejurus kemudian kepalaku terayun oleh jari
telunjuknya.
“Jangan kau pikir aku tak tau.
Dia kasih tip berapa banyak?” Sial, wanita sundal ini tahu pak Arifin memberiku
tips selesai aku melayaninya tadi.
“Dasar lonte. Kau kemanakan uang itu,
ha?!” Kalap dia menggeledah bilikku. Lemari pakaian, kasur, apapun yang bisa
menjadi persembunyian.
Tersisa satu tempat. Wanita itu
menyadarinya dan melongok ke bawah lemari. Aku merapal doa, meski entah apakah
Tuhan masih sudi mendengar.
Tak ada apa-apa.
Wajah wanita sundal memerah. “Awas
kau!” Ia keluar dengan amarah.
Aku mengunci pintu, bergegas mencongkel
ubin di bawah lemari.
“Irham...kau masih di sana?”
Terdengar isakan kecil. “Sssttt...
jangan nangis. Cepat kau bawa uang itu dan belikan obat untuk Ibu. Janji?”
—
*ditulis untuk #CeritaKruBFG
*ditulis untuk #CeritaKruBFG
Flash Fiction 161 kata, sesuai tanggal kelahiran Bookaholic Fund, 16 Januari.
No comments:
Post a Comment