sketch : my own collection |
Dia seperti gadis kebanyakan. Bertubuh kurus dengan dua kaki
yang menjulang. Rambut panjangnya diikat ekor kuda, semakin mengukuhkan tirus wajahnya
dengan tulang pipi yang menonjol. Tak ada lesung pipit atau tahi lalat yang bisa mempermanis bibirnya yang tipis dan hidungnya
yang tak mancung namun tak juga pesek. Tapi mengapa aku begitu menikmati
berlama-lama menatapnya yang tidak istimewa?
--
Ternyata menatap lekat-lekat pada dia yang sedang menyelami hamparan
buku di atas meja selama hampir satu jam tak semerta membuat jawaban atas
pertanyaanku muncul ke permukaan. Aku mendengus, tak biasanya aku gagal memecahkan
persoalan.
“Sudah mau pulang?” Ia mengalihkan pandangannya dari buku dan
tersenyum padaku yang sedang terang-terangan menatapnya. Tatapan yang selalu
sama. Untuk beberapa detik tubuhku menegang, merasakan ritual sensasi
sebelum tenggelam lebih dalam.
Gotcha! Akhirnya kutemukan jawabannya.
--
Kembali aku menyetel lensa okuler. Seharusnya ada sembilan. Kornea, pupil, lensa,
iris, sclera, vitreous, retina, koroid, dan makula. Lalu mengapa kutemukan satu
lapisan lagi di belakang retina matanya dengan namaku di dalamnya?
--
161 Kata
ditulis untuk @bookaholicfund
No comments:
Post a Comment