Jarak, jangan dipersalahkan.
Ia bahkan sudah di sana, lama sebelum
kita putuskan bergenggam tangan dalam renggang.
Kita sudah menimbang. Kita sudah
tetapkan.
Kita berjalan dengan kepal tangan.
Tak sepantasnya sesal ada ketika jemari sulit bersentuhan.
Dekap, hisap setiap detak yang
mengisi ruang selisih temu yang membentang.
Jarak, jangan dipersalahkan.
Sadarlah, Tuhan menciptakan tangan
untuk melepaskan selain menggenggam.
Jadi tetap di sana, percaya satu hari
lengan kita kembali erat berpagutan.
Mari jadikan jarak sebagai canduan,
candaan ketika lelah menghimpit kebahagiaan.
Ia adalah bukti, bahwa ada kasih yang
tak lelah berjuang.
-------
hmmm...puisi ini, rasanya serasa mengulum gulali.
ReplyDeleteTerima kasih sudah melongok postingan ini. Mengulum gulali? :)
Deletehai Bety...i found you (again) here..
ReplyDeleteaku inget kamu pas kita sama2 di review di #cerpenpeterpan inget? hehehe.. :)
anyway...puisimu keren! :D
Hai Risna. Nice to meet you (again) haha. Seems so long ago, ya. AKhir Juli ternyata. Nggak kerasa. Makasih atas apresiasi dan kesudiannmu berkunjung. Aku juga sudah menjelajahi beberapa karyamu. Nice. Kapan-kapan aku berkunjung lagi, ya. Secangkir juice tomat boleh lah disuguhkan. :D
Delete