Kerap, berita buruk tidak mengetuk pintu atau mengintip melalui jendela sebelum masuk.
Dengan
kurang ajarnya ia akan duduk manis di sofa, meninggalkan bau tak sedap
yang mungkin akan menghabiskan 7x24 jam bagimu untuk menghilangkan
aromanya.
Seperti hari ini. Dengan angkuhnya ia menerobos masuk ke
dalam tempat perlindunganmu. Disaat kamu sibuk menata impian dan
rencana indah.
Kamu terlonjak dari tempatmu duduk. Apa yang ada di benak mendadak berhamburan. Tak sempat kamu menghalau mereka kembali masuk ke dalam kepala.
"Duduklah,
akan aku sampaikan sesuatu padamu. Sebelum itu, segelas kopi tentu akan
melapangkan kerongkonganku." Terkekeh ia menuntun kukunya yang panjang tajam
menyusuri batang kerongkongan. Bunyi berdecit menghentak sadarmu.
Bak
kerbau dicocok hidung, jemarimu mengangsurkan kopi dalam gelas
kesayangan. Jemari yang menghianatimu itu adalah jemari yang
sebelumnya telah menakar kopi tidak terlalu manis dengan sempurna.
Kesukaanmu, kamu hidangkan si hitam kesukaanmu pada dia yang kehadirannya
tak kamu sangka. Lalu kamu terpana melihatnya meneguk rakus setiap
tetes. Untukmu, sama sekali tak bersisa.
Dia mencecap nikmat.
Jantungmu berdetak.
Dia menyadari kamu yang termangu menunggu.
"Begini,"
lamat-lamat dia berbicara. Seringai, itu yang kamu lihat menari di
matanya. "Kopimu sedap. Tapi apa yang akan kusampaikan padamu tidak.
Maka lebih baik kau duduk di sampingku."
Lagi-lagi kamu adalah kerbau.
Dia
sampaikan apa yang harus dia sampaikan dengan bahagia. Gelak tawa
terdengar sampai keluar, mengundang tanya para tetangga yang keheranan.
Karena gelaknya tertimpali isak yang tak bisa kau tahan, bersahut
dengan jeritan. Mereka mungkin bertanya-tanya, mengapa kamu dengan
bodohnya menyambut berita suka cita dengan duka.
Ada jeda yang cukup lama.
Kamu tak lagi ingat ke arah mana isi kepalamu berhamburan.
Sekarang
bukan itu yang menjadi masalahmu. Karena kamu adalah pencipta mimpi dan
harap. Semudah itu melahirkan mereka, semudah bagimu menakar kopi yang
sempurna.
Untuk kedua kalinya kamu tersadar.
Setelah itu, sisa hari kamu habiskan dengan
mencari cara untuk menyegel pintu dan jendela. Dan menutup semua celah
di pada apa yang kau sebut rumah.
Tak kamu hiraukan suara ketukan sesudahnya.
Sekarang giliran kamu menyeringai, merayakan kemenangan dan bersiap kembali menata impian bahagia.
Tapi kamu lupa, kabar buruk sudah duduk manis di sofa dan meninggalkan aroma.
Sementara kabar baik tertahan di luar sana, tak kamu beri kesempatan melewati pintu dan mengintip melalui jendela.
Sementara kabar baik tertahan di luar sana, tak kamu beri kesempatan melewati pintu dan mengintip melalui jendela.
Salam kenal,
ReplyDeleteSaya baru berkunjung ke blognya.
Desainnya menarik sekali ^_^
Halo Evi. Salam kenal juga. Terima kasih sudah berkunjung. :))
Deleteaih, kecemasan.
ReplyDeleteThank you for droping by, Ika. Yep, it is. :))
Deletenanti baca 2x baru ngeh :D
ReplyDeleteBAGUSSS! (klise yah komenku?) *melipir*
Haha, thank you Sindy. :))
Delete