Kita berdua
duduk saling
berhadapan tanpa hadir untaian kata untuk waktu yang lama.
Hanya saling membentuk simpul pada
bibir menjadi senyuman, lalu mengirimkannya dalam diam.
Matamu masih
menatapku yang membiarkan mataku menatapmu. Sejak kapan mata kita saling
memiliki ketertarikan yang begitu terlalu?
Lalu sekedip
terasa matamu tumpul, seakan ingin mengistirahatkan dirinya di atas meja. Aku
tahu kamu lelah. Tapi kamu yang memaksa adanya pertemuan ini.
Hujan menghantam jendela luar serupa
drummer yang dengan
monotonnya
menggebuk simbal. Bola-bola kecil berisi air menggantung sejenak sebelum meluncur
ke bawah kaca.
“Malam ini sungguh
dingin dan awan kelabu berputar di atas langit seolah ingin menerkamku,” katamu tersenyum.
“Katakan
pada langit, mereka salah memilih mangsa. Mereka sedang mempertanyakan
kesungguhan kita menjaga satu sama lain.” Aku menatap bola matamu dengan
sungguh-sungguh lalu meremas sebuah gumpalan serbet menjadi bola. Membuatnya semakin ketat dan ketat.
“Jika aku
mengirimkan bola ini pada penguasa langit dan berkata, Tolong hentikan waktu, apakah
Ia akan
mendengar?” tanyaku.
“Diamlah. Dan
hanya tatap aku. Kita tak perlu orang lain untuk menghentikan waktu,” jawabmu dengan
tatapan yang tak lagi layu.
Mata kita sedang
jatuh cinta. Lintasan iris mereka selaras pada saat
itu, dan keduanya mencoba saling membaca. Hanya untuk menemukan jangkauan harapan
mereka akan pergi
sejauh apa.
“Kamu menangis?”
Tanyamu saat melihat mataku memerah.
Aku menyesap teh yang ada di hadapanku. Kubiarkan
irisku bersembunyi di sudut mata untuk menghindari tatapmu. “Bolehkah
aku meminta langit untuk selambat ia mampu menikam matahari?” Tanyaku lamat-lamat.
“Lalu, bolehkah
malam ini aku meminta langit untuk tidak terlalu cepat menyunting dan menikahi
matahari?” Matamu memandangku jenaka.
Aku merajuk. Mencurutkan kedua bibirku dan kembali
menatapmu dengan sendu.
“Berhentilah menatapku seperti itu. Atau aku akan
menambang rindu
dari lubuk perasaan terdalam. Menguntainya dengan
benang harapan terkuat. Lalu mengirimkan
padamu dari sela bintang yang cemburu.” Tanganmu berusaha meraih belahan jiwanya dari
topangan daguku.
Keheningan kembali menyelinap berusaha mencuri celah
di antara kita. Hujan di luar perlahan mulai bosan bermain-main dan memutuskan berhenti
menyetubuhi bumi.
Kamu mengambil gitarmu dan mulai mengalunkan sebuah tembang rindu. Jari-jarimu
selalu lincah bergerak seakan tak ingin aku tangkap dan aku sekap dalam satu
nada tertentu.
Hey there Delilah
Don't you worry about the distance
I'm right there if you get lonely
Give this song another listen
Close your eyes
Listen to my voice, it's my disguise
I'm by your side
I'm right there if you get lonely
Give this song another listen
Close your eyes
Listen to my voice, it's my disguise
I'm by your side
Lalu kita dikejutkan oleh dentangan jam yang
menghentakkan jeritannya sebanyak dua belas kali. Ini waktumu.
Aku menyodorkan sebentuk kue berukuran kecil yang kamu
tahu telah kubuat dengan penuh cinta. Lalu menyalalah lilin di puncaknya.
“Tiup
lilinnya,” pintaku.
“Kita
lakukan bersama-sama,” harapmu.
Hembusan hangat meluncur dari mulut kami. Menerjang hawa
dingin yang begitu menggigit.
“Selamat menambahkan angka dalam kolom usiamu. Dan aku
ingin kamu tahu, sampai saat ini kamu selalu ada dalam doaku.”
“Aku tak bisa mengharapkan lebih dari itu. Hadirmu di
sini lebih dari cukup untukku tahu bahwa aku memiliki harta tak ternilai. And
honey, listen to me well. Distance is nothing. We have this faith to guide us
through this journey. We are going to make our happiness happens, whether the
world likes it or not. And forget about the distance.”
Tangan kita saling bertaut. Aku merasakan setruman
yang memabukkan pada saat jariku menjelajahi setiap inci wajahmu di layar.
Aku tersenyum. “Selamat ulang tahun, Tampan. Dua tahun
lagi?”
“Dua tahun lagi.” Lalu kamu mengirimkan kecup untukku.
Tidak. Aku
tidak menangis. Aku hanya kelilipan debu tanah sehabis hujan. Jangan salah
paham. Dan bintang yang bergerak naik ke langit tidak
menatapku cemburu. Mereka saling berpelukan.
--
Interpretasi dari lagu "Hey There, Delilah" oleh Plain white T'S.
Didedikasikan untuk ZMA. Selamat ulang tahun. Baik-baik di sana.
No comments:
Post a Comment