Bukannya aku tak menyadari bisik-bisik yang beredar, berdengung seakan sekumpulan lebah berusaha mengusir siapapun yang mengganggu sarangnya. Semakin lama semakin memekakkan gendang telinga.
Bukan juga aku
berpura-pura tak merasakan hunusan entah berapa lusin nyinyiran yang dibawa
dengan kurang ajarnya oleh angin tepat ke punggungku. Mematri setiap huruf
dengan sakitnya. GILA.
Bukan pula aku
tak paham tatapan iba yang dikirimkan oleh berpasang retina yang berkata,
”Adakah yang bisa kami lakukan untuk membantumu?”
Lalu aku akan
menyimpulkan senyuman manis, menegaskan bentuk pupil mataku, sedikit
menggoyangkan kepala ke kanan, dan menyentuhkan telapak tanganku ke bahu
mereka. “Jangan khawatir, semua baik-baik saja. Kami hanya butuh waktu berdua.”
Dan kemudian
mereka akan pergi. Tidak mengganggu lagi. Meski aku yakin hanya untuk
sementara.
Padahal tidak
ada yang salah dengan ini. Mencintaimu selamanya, apa yang tidak benar?
--
“Selamanya?”
“Selamanya.”
“Patutkah aku
bertanya demi apa?”
“Layakkah aku
menjawabnya?”
“Jangan pernah berani
meninggalkan aku.”
“Meski aku
harus mengunjungi surga buatan penciptaku?”
“Mengapa kita
tak bisa menjadi pencipta atas surga kita sendiri?”
Kamu menahan
amarahku. “Jika aku
meninggalkanmu maka kau bisa pegang setiap perkataanku.”
Aku mendekatkan
wajahku ke arahnya. Dia serupa dementor yang gagal menjalankan tugasnya saat
meniupkan kembali berjuta partikel kebahagiaan.
“Aku tak akan
meninggalkanmu dengan kepedihan atau kemurkaan. Aku akan meninggalkanmu tanpa
ada jejak yang kutinggalkan. Aku akan membawa segenap milikku dan apapun
milikmu yang dapat mengingatkan akanku. Kupastikan kamu tidak lagi merasakan
bahwa aku pernah ada di hidupmu. Sampai waktunya kita kembali bersama.”
“Mengapa?
“Agar kamu bisa
mengisi hatimu kembali. Agar kamu bisa melanjutkan hidupmu tanpa perlu
menangisi setiap bertambahnya waktu di antara kita.”
“Baiklah. Hanya
pastikan kamu pergi setelah aku puas mengabdi.”
Lalu kita
tertawa bersama. Dua lengan kita saling berpagutan. Menggoreskan dua nama di hamparan pasir pantai. Arion-Aretha.
--
Sungguh aku
bersumpah, kita adalah sepasang manusia dalam surga yang nyaris sempurna. Satu-satunya
yang salah adalah kau melupakan janji yang pernah kita ikrarkan.
Kau pergi
dengan tiga kealpaan. Kau lupa membawa serta lubang yang sangat dalam di hatiku
hingga aku tak mampu mengisinya dengan yang baru. Kau lupa membawa separuh
jiwaku yang telah kau tasbihkan sebagai milikmu. Dan kamu lupa membuat aku
memenuhi janjiku.
Jika pagi ini
seperti biasa aku menyambangi peraduanmu, menafikan bau busuk dari kulitmu, menciummu
dengan mesra, dan berkata, “Cuaca hari ini cerah. Bangunlah. Kemeja biru akan
cocok untukmu.” Jadi katakan apa yang tidak benar?
Ah, mungkin yang tidak benar adalah segerombolan orang yang mendobrak pintu dan membawa tubuhmu ke surgamu yang baru. Mereka berjanji, kamu akan baik-baik saja. Tapi aku hanya khawatir. Apakah kamu benar menuju ke sana? Benarkan kita akan bersua di tempat yang sama?
--
Sebuah interpretasi atas lagu Dark Paradise oleh Lana Del Rey.
No comments:
Post a Comment