Demi
kupu-kupu dalam perutku, aku memujamu.
(Raff)
*
Demi
kupu-kupu yang menjelma dari dalam tubuhku,
aku
mencintai dia dan kamu.
(Frasya)
*
Aku
adalah kupu-kupu yang menyayangi kalian.
Biarkan
aku terbang. Akan kusaksikan kalian berbahagia.
Dua
manusia yang selalu memiliki tempat dalam hati dan pikiranku. Selamanya.
(Freya)
----------------------
PROLOG
27
Februari 2012
Dear
Raff dan Frasya,
Aku
berharap surat yang aku buat ini bukan semata mengenai diriku saja. Aku
berharap surat ini dapat membuatku mengingat semua hal di antara kita.
Tepat
pukul empat sore. Saat aku mengetik surat ini. Cukup sulit untukku memulainya.
Harus kuakui aku sedikit bingung memikirkan cara yang paling memungkinkan
untukku menumpahkan apa yang tengah kupikirkan dan rasakan saat ini. Jujur,
dibandingkan mengetik aku lebih menyukai menulis. Rasanya lebih romantis (oh please, do not laugh at me). Seperti
kalian tahu, bagiku pensil dan kertas adalah sahabat setia (selain kalian tentu
saja). Dan aku sangat menyukai emosi yang terlibat saat aku mengguratkan alat
tulisku di atas kertas (Frasya, kamu masih ingat koleksi kertas suratku kan? You know what? You have the honor to keep it
as my legacy haha).
Oke,
kembali ke laptop.Yah, pada akhirnya aku memilih untuk mengetiknya. Kalian
pasti tahu kenapa.
Bagaimana
kabar kalian sekarang? Aku membayangkan saat ini kalian sedang membaca suratku.
Apa rasanya? Apa yang kalian pikirkan? Apa kalian merasakan kerinduan yang sama
seperti aku? Apa kalian segera membaca surat ini? Sudah berapa lama kita tidak
berjumpa? Satu hari? Satu minggu? Satu bulan? Kalian tahu, sebenarnya aku ingin
menyampaikan semua ini secara langsung kepada kalian. mungkin di suatu senja di
café favorit kita, sambil aku menyesap susu cokelat sementara kalian menikmati
dua gelas cappucinno dan vanilla latte. Atau mungkin sambil kita
menunggu lampu merah jembatan Cikapayang yang durasinya setara durasi lagu
November Rain (oke ini berlebihan). Tapi, jika itu terjadi mungkin aku akan
menyampaikannya dengan tawa terbahak yang kalian tahu hanya palsu, sementara
aku tahu pasti kalian akan merasakan kesedihan. Aku sudah cukup egois pada
kalian selama ini. Benar apa benar?
Guys, kalian
ingat bulan Juli tahun 2004? Tak terasa tujuh tahun berlalu sejak pertemuan
pertama kita, ya? Tampak culun dalam seragam putih biru yang sedikit kebesaran. Setidaknya
di tubuhku yang mungil ini. Kita bertiga terlambat datang meskipun sudah
berlari secepat mungkin melewati gerbang sekolah. Ingat ketika kita serempak
menjawab, “Macet’” saat ditanya mengapa terlambat oleh penjaga gerbang? Dan kemudian
kita harus rela berdiri di antara senior yang dengan angkuhnya mendelik saat
kepala sekolah membuka acara penerimaan siswa baru. Dan kamu Frasya, dengan
konyolnya membiarkan perutmu berbunyi, sementara Raff sibuk memelototi senior
cewek (Siapa ya namanya? Aku lupa) yang terang-terangan mencuri pandang (batuk).
Meski kita harus tinggal lebih lama di lapangan dan berpanas-panasan
mendengarkan ocehan kakak tatib, tapi justru kejadian itu yang sangan aku
syukuri selama kita di SMP. Aku jadi kenal kalian berdua. Dan bersahabat sampai
sekarang. Kalian itu senyata-nyatanya pepatah bahwa ada pelajaran yang dapat
diambil dari setiap peristiwa, bahkan yang paling tidak menyenangkan (oke, aku
tahu ini tidak nyambung).
But guys, kalian
itu memang pelajaran yang sangat berharga bagiku. Meski kadang aku
geleng-geleng dengan ulah kalian, you
both are true the very best gift ever happened to me. Dan tanpa kalian sadar, kalian telah memberikan
banyak sekali berkah dalam hidupku. Aku belajar banyak dari kalian berdua.
Bukan hanya kalian yang begitu berharap kita bisa masuk SMA yang sama. Aku pun.
Sangat. Dengan yakinnya aku berikrar akan lebih giat belajar bersama dengan
kalian dan menunjukkan prestasi yang lebih jika kita bertiga diterima di SMA
paling favorit di Bandung. Ya, ternyata Tuhan masih sayang dengan kita yang
bandel-bandel ini.
Tapi
menurutku masa SMA tidak semenyenangkan saat kita berseragam putih biru. Selain
Raff yang bertambah tampan (sebentar, aku butuh minum), kita mendadak menjadi
kutu buku yang....ah Frasya, jangan berkelit. Aku tahu kamu selalu membawa
catatan kecilmu dan membacanya setiap jeda ekskul taekwondo. Dan Raff, meskipun
kamu nongkrong di markas badan keamanan, kamu selalu membawa buku kumpulan soal
fisika dan kimia, kan?
Kita
berubah. Berubah ke arah yang lebih baik kurasa. Kita berusaha menjadi manusia
yang lebih dewasa. Kita mulai menetapkan jalan meraih cita- citaa. Meski itu
berbeda, tapi kita tetap saling mendukung.
Aku
tetap mendukung.
Meski
pada akhirnya mungkin sulit bagiku, aku akan tetap mendukung kalian. aku sangat
berharap bisa menyaksikan kesuksesan kalian suatu hari nanti. Meski aku harus
berjuang lebih keras untuk mendapatkan kesempatan itu.
Dear
Raff dan Frasya,
Aku
mencintai kalian. Akan selalu mencintai kalian. Selalu. Selama aku mampu.
Mereka bilang cinta bisa mengalahkan segalanya. Mereka bilang cinta dan waktu
bisa menyembuhkan. Aku memiliki cinta yang teramat besar untuk kalian. Tapi
waktu tidak mau menjadi temanku. Atau mungkin cinta dan waktu sebenar-benarnya
sedang melakukan tugasnya sebaik mereka mampu. Ah ya, mungkin begitu. Aku
seharusnya ingat, ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang kita. Tepatnya, ini
tentang kalian berdua, pada akhirnya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini adalah cuplikan cerita yang sedang coba aku selesaikan dalam proyek #Kisah1001Mantan gagasan Mas @Momo_DM . So far sudah tertulis hampir 60 halaman dari target 120 halaman (Pffuiihhh masih banyak banget ya...). Mohon doa semoga bisa konsisten menulis dan bisa menyelesaikannya. Semangat! :')