Mantranya sederhana. Tapi di antara
semua yang kubutuhkan, mantra itulah senjata pamungkasnya. Tanpanya mungkin
persiapan yang kulakukan akan sia-sia. Seperti tahun lalu, tahun yang entah
kapan dulu.
Kali ini aku membuat dua persiapan,
untuk orang yang berbeda. Mantra yang sama untuk keduanya. Meski repotnya
berlipat, tak mengapa.
“Yakin sudah kau masukkan semua?”
Nenek duduk di sampingku.
“Sudah, Nek. Foto, surat-surat, barang
kenangan mereka berdua. Tinggal dikirimkan,” aku menjawab sambil menatap dua
alamat berbeda.
“Mantranya?”
Aku mengerling, mengingat apa yang
sudah kutuliskan dalam dua surat.
Ayah, Bunda. Lebaran kali ini aku ingin merasakan damai dalam dekap kalian. Pulanglah.
Semoga sihirnya bekerja.
--
Diikutsertakan dalam #FF100Kata
No comments:
Post a Comment