Pulau Lengkuas, Belitong |
*
Voila!
Akhirnya kakiku menyentuh pasir putih
Pulai Lengkuas. Setelah mengeluarkan uang Rp. 350.000 untuk menyewa kapal dan
menghabiskan waktu sekira setengah jam dari Tanjung Binga. Benar-benar
perjalanan yang mengesankan. Rasanya mataku belum puas menelanjangi bebatuan
granit di Pulau Burung yang kami lewati tadi.
Untunglah kami memilih awal bulan
Juni untuk mengunjungi pulau ini. Suasana tenang dan cuaca yang bersahabat
masih dapat kami jumpai. Memang tak salah pilihan untuk merayakan pernikahan emasnya
Kakek dan Nenek sambil berlibur di Belitong.
Satu persatu kami bersepuluh
melompati rangka di kedua sisi perahu.
“Ini surga!”, teriak Demian adikku.
Ia menghentak-hentakkan kakinya di atas pantai. Air menyiprat baju Ramuna,
sepupu perempuanku.
“Demian!”, tanpa ampun Ramuna
menyemburkan air laut ke tubuh Demian.
Ya, ini indah. Air lautnya
benar-benar jernih. Gerak ikan yang berenang di dasar laut dengan jelas
terlihat. Ini tempat yang menyenangkan.
Namun ini bukan surga.
“Kita ke Mercusuar nya nanti saja. Bersama-sama.
Main-main sajalah dulu kalian di sini,” kata Papa sambil tersenyum.
“Terus Papa sama Mama mau kemana?”
tanya Demian mendelik penuh rasa ingin tahu.
“Rahasia!” sahut Mama sambil
menggandeng tangan Papa mesra, menjauhi kami.
Tante Sophie, Tante Rayna, Om Ivan,
dan Kakek serempak merebahkan diri di hamparan pasir. Deretan pohon Kelapa
menaungi mereka. Mama dan Papa mengambil waktu sendiri untuk berdua. Kulihat mereka
menyusuri pinggir pantai kearah deretan batu granit.
Aku memandang Mercusuar yang berdiri
tegak di hadapanku. Menara buatan Belanda bercat putih tampak kokoh, seakan
menantangku untuk naik ke puncaknya.
Aku memandang ke sampingku. Nenek pun
sedang terpesona dengan menara itu.
“Naik?” tanyan Kakek yang tetiba
berdiri di samping kami.
“Tapi….” Nenek tampak ragu, mungkin teringat
perkataan Papa tadi.
“Kenapa? Takut? Mereka tak akan marah.
Aku akan menjagamu,” lembut Kakek menggandeng tangan Nenek.
Aku menoleh ke belakang. Keluargaku
yang lain sedang asyik bermain freesbee
sekarang. Mereka tidak akan menyadari.
“Dianty ikut!" bergegas aku mengiringi langkah mereka.
Kami berpapasan dengan penunggu
Mercusuar di pintu masuk dan melayangkan senyum. Ia mengawal kami naik ke atas.
Bangunan ini cukup tinggi juga, sekira 50 meter. Aku sedikit khawatir dengan
kondisi Kakek dan Nenek. Namun rasa bahagia yang tampak di wajah mereka membuat
aku sedikit tenang.
“Untunglah keluarga Bapak dan Ibu
datang ke Pulau Lengkuas ini pagi-pagi. Jadi, tidak akan terlewatkan maha karya
yang indah luar biasa,” ucap penjaga sambil tersenyum.
Kami sudah mencapai puncak Mercusuar.
“Silahkan menikmati,” ucapnya sambil menunjuk tangan kearah luar menara.
Serempak kami bertiga terkesima.
Semburat keemasan yang terang namun tidak menyilaukan mata menyambut kami. Kakek dan nenek terpana. Aku pun
begitu. Mereka berdua bertatapan.
“Ini kado terindah yang Danty berikan,
bukan?” tanya Nenek sambil menitikkan air mata.
“Tentu saja. Ini indah sekali. Ibu rindu
dia?” lembut jemari Kakek mengusap pipi wanitanya.
Ah, ingin rasanya aku memeluk mereka.
“Aku juga rindu. Delapan bulan tidak
bertemu, aku rindu.” Aku hanya bisa memandangi dua orang yang kucintai tanpa
sanggup menyentuh mereka.
“Seharusnya Danty di sini. Kenapa dia harus
pergi mendahului kita?” Kulihat Nenek mengeluarkan fotoku dari dompet
mungilnya.
Nenek dan Kakek bergantian menciumi
fotoku. “Terima kasih, sayang.”
Aku bahagia. Perkawinan Emas. Pagi
Kuning Keemasan. Ini sempurna.
-----
Setahun
yang lalu.
“Pokoknya tahun depan Kakek dan Nenek
harus merayakan perkawinan emas di sini!” serbuku masuk ke ruang keluarga
sambil mengibaskan brosur perjalanan.
“Danty, pelan-pelan sayang!” Mama hampir
terlompat dari kursi.
Lalu kami semua mengerubuti brosur
yang kubawa dari maskapai penerbangan tempatku bekerja. Semuanya sudah aku
persiapkan. Belitong. Pulau Lengkuas. Dengan semburat pagi keemasan.
Surga.
*
Belitong emang surga banget ya..
ReplyDeleteBagus Bet ceritanya.. :)
Baca ini nih..... rasanya jadi pengen banget ke pulau Lengkuas!
ReplyDeleteMakasih Ayu dan Wenny. Yuk, kapan-kapan kita ke sana bareng. :)))
ReplyDeleteikuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut.... :D
ReplyDeleteKasihan Danty nya sudah meninggal ya, Bet? Apa aku salah tangkap?
ReplyDeleteIya... betul sekali! :)
DeleteOh, ternyata aku tidak salah tangkap pas baca.
Delete