source: blogs.riverfronttimes.com |
Aku memandangi lantai yang sekarang
berwarna merah darah dengan jijik. Merah karena darah. Darah yang berasal dari tubuh
suamiku yang menggelepar.
Sambil menyalakan sebatang rokok,
aku melangkah ke kursi makan, menghempaskan tubuhku yang ringan. Asap mengepul
melalui sela-sela gigi depanku yang tanggal. Setan! Gara-gara tinju si bedebah ini, senyumku tak lagi menghanyutkan.
“Grok…” terdengar bunyi udara keluar
dari kerongkongannya yang menganga. Dia belum mati juga. Aku berdiri
menghampiri tubuh di lantai, menusukkan pisau di tanganku sekali lagi ke lehernya.
Selesai.
Tenang aku menghampiri kulkas dan
mengambil sebotol bir. Aku tertegun memandang seonggok daging yang tersembunyi di
dalamnya. Ah, mengapa si bedebah bisa lupa? Ternyata selama ini suamiku menyimpannya
di sini.
Hatinya.
--
#111 Kata
File
under: Kulkas
INI SANGAT KEREEEEENNNN ASLIIII
ReplyDeleteAkhhh, terima kasih Reva. Ditunggu kritik dan sarannya. Semoga tidak bosan berkunjung. Terima kasih.
Delete