Dear kamu,
Bisa kita duduk dan berbicara sebentar sambil menyesap kopi?
Begini...
Bukankah lucu, ketika orang lain yang bahkan adalah
asing bagimu, memiliki pikiran bahwa ia memahami dirimu sepenuhnya?
Tahu apa yang kamu rasakan dan pikirkan, merasa tahu apa yang terbaik
buat dirimu, bahkan mengenai pilihan-pilihan penting yang harus kamu
jalani dalam kehidupanmu? Apa yang harus kamu lakukan, dengan siapa kamu
harus menjatuhi cinta, dengan siapa kamu harus berteman, bahkan siapa
yang pantas kamu musuhi.
Padahal mereka salah. Mereka tidak tahu apa-apa.
Tapi kadang akupun begitu. Aku suka sekali
mengamati orang lain, menyatukan data-data yang kumiliki tentangnya, dan
mulai menyusun fragmen kehidupan mereka di benakku. Oh jangan mencibir,
aku yakin kamupun kerap melakukannya. Tapi pernahkan kamu menilai
seseorang yang mungkin pada saat bersamaan sedang menilai dirimu? Dan
bagaimana jika kalian adalah dua pihak yang berseberangan dan
bermusuhan? Wow...terus terang aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika
mereka saling tahu isi kepala masing-masing.
Baiklah, aku pernah mengalaminya. Akan aku
ceritakan kepadamu mengenai orang tersebut, yang mungkin tanpa ia sadar
mulai mejadi musuhku. Musuh terbaikku. Orang-orang bilang kenali dan cintai musuhmu, maka hidupmu akan lebih berhasil. Ohya, dia seorang wanita. Sama sepertiku. Well, aku memusuhinya bukan karena orang mengatakan dia menakjubkan. Bukan. Padahal harus kuakui, dia tidak semenarik itu.
Wajah lonjongnya selalu tersenyum. Mungkin itu
sebabnya dia dijuluki “smiling face”. Asal tahu saja, dia tersenyum
untuk menutupi kecemasannya atas hidup. Dia tersenyum agar orang lain
tahu, bahwa ia akan selalu baik-baik saja meskipun dalam kondisi yang
terburuk. Padahal jika kau mengamati dengan saksama, lingkar hitam
matanya begitu jelas berbicara. Ia kerap terbangun tengah malam bahkan
insomnia, terlalu mengkhawatirkan segalanya. Tapi jujur, dengan bentuk
wajahnya yang lonjong dan mungil, dia bisa membentuk wajahnya dengan
gaya rambut apapun. Dia memiliki rambut hitam yang halus dan panjang,
lurus dan sedikit bergelombang di ujung. Padahal kamu
tahu? Dia benci sekali sisir setiap kali benda itu menelusuri rambut
hitamnya. Hanya karena sisir menunjukkan betapa banyak rambut yang lepas
dari akar kepalanya setiap hari.
Pilihan gaya busananya cukup sering dipuji. Mereka
bilang figurnya itu pas untuk memakai model baju apapun. Padahal aku
tahu pasti, dia kerap merutuki bokongnya yang menyembul dan membuat mata
pria tak berhenti menatap. Lolongan ketidakpuasan bahkan kerap terdengar ketika dia bercermin. Dan setiap pagi serta menjelang tidur, dia
akan menyiksa dirinya dengan posisi sit-up atau apapun itu namanya, atau
meliuk-liukkan tubuhnya di atas trimmer demi mendapatkan pinggang
layaknya gitar.
Kata orang, dia memancarkan aura keceriaan, karena entah kenapa banyak orang bahkan anak
kecil yang menyukai dirinya. Apa karena ia rela menyanyikan belasan lagu
untuk mereka tanpa henti, membacakan banyak buku cerita sambil
menggambar, atau bahkan bertingkah gila dengan berjoget layaknya
cherrybelle atau girlband yang lain bersama mereka? Yang aku tahu sih
dia memang melakukan itu karena suka. Dan karena dia mendamba memiliki
salah satu dari mereka. Hah? Dipikirnya ia sanggup?
Musuhku juga terlalu banyak mau. Dia selalu merasa ingin mencoba apapun yang baru. Ada keyakinan yang kuat bahwa ia bisa melakukan apapun. Dia pikir dia siapa? Superwoman? Apa dia tidak mengerti bahwa kondisi fisik pun ada batasannya? Mengenai satu ini aku juga tidak habis pikir. Di antara keterbatasannya kadang ia masih kerap menyanggupi permintaan orang lain. Tidak tega untuk bilang tidak, heh? Oh, ini bagian yang paling aku benci dari dirinya.
Musuhku juga terlalu banyak mau. Dia selalu merasa ingin mencoba apapun yang baru. Ada keyakinan yang kuat bahwa ia bisa melakukan apapun. Dia pikir dia siapa? Superwoman? Apa dia tidak mengerti bahwa kondisi fisik pun ada batasannya? Mengenai satu ini aku juga tidak habis pikir. Di antara keterbatasannya kadang ia masih kerap menyanggupi permintaan orang lain. Tidak tega untuk bilang tidak, heh? Oh, ini bagian yang paling aku benci dari dirinya.
Demi Tuhan aku membencinya. Dan aku telah sampai pada tahapan di mana aku tak tahu untuk alasan apa aku membencinya.
Oke, aku telah bercerita tentang musuh terberatku padamu. Musuh terberat dan mungkin terbaik. Aku menyebutnya Sweetest Enemy. Mungkin lain waktu giliranmu yang bercerita mengenai musuh terbaikmu. Aku tunggu.
Ohya ngomong-ngomong aku ingin memberitahukanmu bahwa musuhku mungkin sedang mengamati obrolan kita. Ya, aku tahu ia sedang menatap kita saat ini.
Melalui mataku.