Kepada:
Lelakiku yang (mungkin)sedang membaca
Lelakiku…
Lelakiku yang (mungkin)sedang membaca
Lelakiku…
Dulu kamu bertanya bagaimana cara menundukkanku.
Ah, mengapa harus menundukkan? Bukankah cinta seharusnya mengenai kesetaraan? Di
mana kedua belah pihak sama-sama menepukkan tangan. Tidak ada yang melebihi,
dan tidak ada yang kurang. Tak ada yang harus menatap telapak kaki atau menengadahkan
kepala saat ingin bertukar kasih sayang. Aku menghormati kamu sebagai imam
dalam menyusuri jalan kebaikan. Kamu menghormati aku sebagai salah satu usahamu
mengabdi pada Tuhan.
Lelakiku…
Kamu bertanya bagaimana cara meyakinkanku atas
rasamu. Ah, mengapa harus aku dulu yang yakin? Bagaimana dengan perasaanmu
sendiri? Sini aku beri tahu satu rahasia. Meyakinkan aku untuk mencintaimu itu mudah. Kamu hanya butuh meyakinkan
dirimu untuk mencintaiku. Jika itu terjadi, tak akan sulit membuat keyakinanku
menebal. Setipis itu keyakinanmu, serapuh itu milikku. Ya, kira-kira sesederhana
itu,
Lelakiku…
Kamu mulai
bertanya di mana aku ingin tinggal nantinya. Lucu, apa harus aku robek dadamu
dan mengatakan bahwa di hatimu lah aku ingin bersarang? Kamu tidak perlu mengorbankan kesehatan dan waktumu dengan keluarga demi
menggundukkan uang untuk membuatkanku istana. Karena aku hanya ingin hidup
bersahaja denganmu tanpa ada tembok tinggi dan para pengawal yang akan
mengawasi. Kita akan mampu saling menjaga satu sama lain, bukan? Jangan ragu,
kau boleh anggukkan kepalamu.
Lelakiku…
Kamu kembali
bertanya sampai kapan kita akan tetap bersama. Untuk bisa menjawabnya, kamu
harus berkenalan dengan Setia. Bersahabatlah dengan dia. Karena Setia yang
menyediakan buku janji suci yang akan kita tulis berdua. Jangan pernah mengkhianati
Setia, atau dia akan marah dan merobek buku janji suci kita. Dan jika saat itu
tiba, mungkin kita harus memulai dari awal jika ingin kembali bersama. Ah, kamu
mengkhawatirkan maut? Tidakkah kamu percaya Tuhan selalu punya cara untuk menyatukan
dua hati yang sungguh-sungguh saling mencinta?
Lelakiku…
Mengapa kamu
bertanya sebaik apa kamu dibandingkan sang masa laluku? Siapkah kamu atas
jawaban bijak jika aku bertanya hal yang sama? Jadi mari kita buat kesepakatan,
biarlah itu menjadi rahasia yang kita simpan dalam kenangan. Kita boleh saling
membantu menggemboknya. Kita boleh saling menjadi pemegang kunci atasnya. Karena
saat kita memutuskan untuk menyatu dalam ikatan suci, maka itu adalah saat di
mana kita berhenti membandingkan sang masa lalu dengan kamu dan aku kini. Tak
ada lagi terucap nama. Meski dalam candaan ketika terjadi perbedaan pendapat
antara kita.
Lelakiku…
Lucu adalah ketika kamu bertanya apakah aku akan
tetap mencintai kamu yang tua. Jika
aku menjawab tidak, lalu kamu mau apa? Apakah perlu aku beri tahu dunia bahwa aku
mendamba untuk menua bersamamu? Bahwa aku ingin tergopoh-gopoh berpegangan
tangan denganmu demi agar kuat menggendong cucu? Bahwa aku ingin kita berjalan
menyusuri halaman belakang saat senja, berakhir dengan membuka album lama lalu
menertawai betapa serunya perjalanan kita?
Lelakiku…
Bisa
berhenti bertanya dan nikahi aku sekarang?
Tertanda,
Perempuanmu
Tertanda,
Perempuanmu
bety
I... Iya, Nyah --"
ReplyDeleteBagus :')
*getok*
DeleteHehe, makasih Nyah. :')
bagus banged..
ReplyDeletekunjungi jga donk blog q
http://fachzaina.blogspot.com/
Terima kasih, Zaina. Btw aku sudah berkunjung ke blog-mu. Wah banyak sekali ya tulisannya. Meriah. Keren. :)
Delete