Tuesday, April 19, 2011

Information Processing in LD


Learning Disability atau kesulitan belajar merujuk pada suatu kelompok heterogen dari berbagai kelainan (disorder) yang dimanifestasikan  dalamkesulitan mendengarkan  yang signifikan, berbicara, mambaca, menulis, berpikir logis, dan kemampuan matematis (The National joint Committee for Learning Disabilities).
Kesulitan belajar bukan merupakan indikasi dari taraf kecerdasan yang rendah. Orang-orang yang mengalami kesulitan belajar kadangkala memiliki kesulitan untuk mengoptimalisasikan potensi intelektual mereka karena adanya gangguan dalam satu atau lebih proses dalam pengolahan informasi di otak. Saat diberi tes  kecerdasan, orang yang mengalami kesulitan blajar umumnya memiliki taraf kecerdasan yang rata-rata atau di atas rata-rata. Namun biasanya terdapat gap yang besar antara potensi kecerdasan mereka dan prestasi yang mereka dapatkan di sekolah.
Dalam learning atau belajar, terdapat pengolahan informasi (information proessing) yang meliputi proses attention, memory, cognition, dan encoding. Pada individu dengan kesulitan belajar, mereka biasanya memiliki hambatan dalam satu atau beberapa proses tersebut. Hal itu menyebabkan proses pengolahan informasi tidak berjalan dengan lancar, dan hasil belajar kurang tepat atau kurang optimal (De Ruiter & Wansart, 1982).
a.       Attention, merupakan proses menangkap stimulus dari lingkungan, memilih stimulus yang diperlukan, mempertahankan perhatian dan memindahkan perhatian ke stimulus lain.
Pada anak sulit belajar, biasanya mereka kurang mampu mempertahankan perhatian mereka dalam menangkap informasi atau dalam mengikuti rangkaian pemberian informasi hingga tuntas. Hal tersebut menyebabkan informasi yang mereka dapat tidak lengkap. Mereka juga biasanya kurang mampu fokus atau mengarahkan perilakunya. Perilaku yang sering muncul dapat berupa hiperaktivitas (banyak bergerak, gerakan tidak terarah, atau tidak dapat duduk diam) atau hipoaktivitas (melamun atau pasif). Dalam bidang akademis, salah satu indikasi hambatan dalam proses atensi ini adalah nilai yang fluktuatif. Mereka kadang mampu mendapat nilai tinggi, namun di saat lain mereka mendapat nilai rendah.

b.      Perception, merupakan proses membedakan stimulus, mengkoordinasikan satu stimulus dengan stimulus lain, dan merangkainya. Dalam persepsi terdapat pula proses dasar dari memahami, menginterpretasi dan mengartikan. Koordinasi berkaitan dengan proses asosiasi, dimana individu menghubungkan dan mengintegrasikan satu informasi dengan informasi lainnya yang telah ia pelajari.
Pada anak sulit blajar, mereka kesulitan dalam membedakan stimulus seperti stimulus kinestetis (kebingungan terhadap posisi tubuh, keseimbangan tubuh atau arah great kan), stimulus taktil (sulit mengendalikan gerakan motorik halus, hambatan dalam menulis), stimulus visual (sulit membedakan huruf, sulit mambaca) atau stimulus auditori (sulit memahami kata). Mereka juga mungkin mengalami hambatan dalam mengkoordinasikan beberapa stimulus yang mengakibatkan kesulitan dalam meniru atau menggambar, mengasosiasikan bunyi dan simbol dalam membaca atau aritmatika, berorientasi secara visual terhadap sumber bunyi (gagal untuk melihat ke arah pembicara), atau memberikan label pada objek.

c.       Memory, merupakan proses menyimpan informasi yang ditangkap dan melatihnya agar tetap berada dalam ingatan. Informasi akan disimpan dalam memori melalui tiga tahap, yaitu tersimpan secara singkat pada penyimpanan sensori (sensory storage), kemudian di transfer pada penyimpanan jangka pendek (short term store), dan ditransfer ke penyimpanan jangka panjang yang lebih permanen.
Pada anak sulit belajar, hambatan yang mungkin terjadi adalah mereka cepat melupakan informasi yang baru saja mereka terima, atau dengan kata lain informasi tersebut tidak tersimpan dalam penyimpanan sensori. Mereka juga biasanya tidak melakukan strategi latihan untuk penyimpanan jangka panjang, sehingga tidak ada informasi yang berhasil tersimpan.

d.      Cogniton, merupakan proses mengenali, mengidentifikasi, mengasosiasikan arti dan membuat pengertian baru dari informasi-informasi yang telah dimiliki. Proses kognisi ini terjadi dalam proses memahami bahasa baik verbal maupun visual, memahami konsep matematika ataupun konsep lainnya. Individu belajaruntuk menggunakan beragam informasi yang ia miliki sebelumnya untuk memcahkan persoalan baru yang dihadapi.
Pada anak sulit belajar, hambatan pada proses ini misalnya kegagalan dalam memahami dan mengintegrasikan informasi verbal (soal atau pertanyaan); gagal dalam memahami aturan atau konsep yang seharusnya sehingga ia salah dalam menerapkan konsep tersebut dalam situasi atau persoalan baru; gagal dalam menyelesaikan tugasnya secara terstruktur; dan gagal dalam menjelaskan sebab-akibat.

e.      Encoding, merupakan proses pemanggilan kembali informasi yang telah tersimpan dalam ingatan dan mengorganisasikannya untuk di tampilkan atau dikomunikasikan. Encoding membutuhkan proses yang aktif dalam mencari dan memanggil informasi dari memori jangka panjang. Respon yang ditampilkan pun harus mampu dievalusai ketepatannya.
Pada anak sulit belajar, mereka biasanya mengalami hambatan dalam memunculkan respon yang tepat. Mereka mungkinsalah dalam merangkai kata atau kalimat dalam menjawab pertanyaan dan tidak menyadari kesalahan yang telah dilakukan.

No comments:

Post a Comment