Saturday, April 28, 2012



Video Longing To Belong - Eddie Vedder of Pearl Jam

______________________________________________

LONGING TO BELONG

a poem

*

Don't you know how I miss the old you 

The one who said, "For you I will do fight." 

Always there when I needed someone to talk to 

Helped me out of darkness into the light 


Now my face decorated by the worst kind of pain 

Wondering what's wrong instead what's right 

Begin hardly smile to stop tears from falling 

Hoping for the brighter end when you hold me tight 


Oh, hope the goodness of life follow our path 

 I'm longing all sorrows to get us through 

May happiness and peace capture our heart 

And we can be together forever me and you
---------------------------------------------------------------------------------------------

Tuesday, April 24, 2012

PENGHUNI SEL ABU-ABU

Edvard Munch
____________________________________________________________

Kamu,
Bersedia memaafkan aku?
Aku yang sudah menjadi sebilah sembilu
Yang irisannya meninggalkan luka di kisahmu

Kamu,
Bersediakan untuk hapus aku?
Selamanya, sepanjang hidupmu
Dan katakan, “Pergi secepatnya kau mampu.”

Kamu,
Ya, aku butuh bantuanmu
Untuk memutihkan semua yang abu-abu
Sehingga mataku tak lagi rabun dan semu

Kamu,
Cukup bilang, “Aku bosan atas dirimu!”
Maka aku akan mengukir langkah satu persatu
Menjauh sampai tak tercium lagi bauku olehmu

Kamu,
Maafkan aku yang sudah menyayangimu sebegitu
Hingga bahkan aku tidak perduli pada rasaku
Sampai kamu memilih menyembunyikan wujudmu

Kamu,
Cepatlah ikat dirimu pada siapapun selain aku
Aku berjanji akan kuat berjalan memunggungimu
Tak lagi lakukan yang kau anggap mengganggu

Kamu,
Jadi bersediakan kamu maafkan aku?
Lalu secepatnya hapus aku dari ingatanmu?
Bahkan campakkan aku bila perlu

Kamu,
Tolong, jangan ragu
Mungkin memang aku butuh itu
Lalu aku akan segera berlalu
_______________________________________________________

Monday, April 23, 2012

ONE DAY - Matisyahu Feat Akon



Despite the issue about race, religion and nationality, this song were "created" in order to bring people, not separate us. It promotes peace, love and compassion for all, nothing less. We are all human, we all feel, have family, have lost and loved. This song truly speaks for all, beyond all borders and beliefs.

*
Sometimes I lay under the moon
And I thank God I'm breathin'
Then I pray don't take me soon
'Cause I am here for a reason

Sometimes in my tears I drown
But I never let it get me down
So when negativity surrounds
I know someday it'll all turn around because

All my life I been waitin' for
I been prayin' for, for the people to say
That we don't want to fight no more
They'll be no more wars
And our children will play, one day

It's not about win or lose 'cause we all lose
When they feed on the souls of the innocent blood
Drenched pavement keep on movin'
Though the waters stay ragin'


And in this life you may lose your way
It might drive you crazy
But don't let it phase you, no way

Sometimes in my tears I drown
But I never let it get me down
So when negativity surrounds
I know someday it'll all turn around because

All my life I been waitin' for
I been prayin' for, for the people to say
That we don't want to fight no more
They'll be no more wars
And our children will play, one day

One day this all will change
Treat people the same
Stop with the violence down with the hate
One day we'll all be free and proud
To be under the same sun
Singing songs of freedom like

*

Sunday, April 22, 2012

the refine, redefined


i1147.photobucket.com

 *

Walking alone through the park
On a Saturday evening fair
I chance upon his mind to talk
While sitting on a broken chair

With a dark black shiny hair
Brown eyeglasses on his nose
A deep charisma so very rare
Feel my awareness just lost

Deep inside I sense such an urge
To hold him precious and dear
So close, we’re both on the verge
Of becoming as one and I fear

Where were you short days ago,
Or throughout my lonely life?
Where were you when I felt so low,
As I faced turmoil and bitter strife?

Something in me is never stranger
I want you when I feel so sad
I’m so related to all danger
I need you when I face the bad

Come my dear and walk with me
Walking together hand in hand
Away from the storm and into the lee
Along the miles of golden sand

So let’s make this a time to feel
Emotions which lift us high above
Mortally wounds that did heal
As we ride our high tide of love
*

Monday, April 16, 2012

ON THE PRAIRIE



You, please be here
Hurry, come by now
The sky is clear
It has no flaw

Road ahead is empty
We could take a walk
Through the prairie
Then have a sweet talk

Around Mulberry bush
Among birds of a feather
We don't have to rush
It's a perfect weather

Softly over sunflower
Merry merrily we dance
We should move slower
To taste this romance

Now the sun is down
And our time is up
Tomorrow we should come
Sure, to shower our love

Sunday, April 15, 2012

KECUP


“Jadi, kamu akan pergi sekarang?” tanyaku pada sosok di samping tempat tidurku.

Seperti sebelumnya, dikedatangan kedua kali ini ia pun tidak berlama-lama tinggal.
Dia mendaratkan kecupan di keningku. Lembut.

“Hati-hati ya, kamu. Jaga kondisimu agar cepat sembuh.” Hanya itu. Ia memegang jemariku sambil tersenyum kecil. 

Aku mengangguk. Hanya mengangguk.
Seperti biasa, dia menghipnotisku. Dengan katanya dan sentuhannya yang lembut. Kesedihan yang sangat kental menggelayuti matanya. Meski ia tersenyum. Ada apa? Apa yang ada di benaknya? Apakah ia tidak suka menemuiku? Tapi aku suka.

Aku mendesah. Lalu melanjutkan tidurku di malam buta. Nyenyak, dihiasi mimpi tentangnya. Aku tak mendengar suara keributan dari ruang sebelah, tak lama setelah ia pergi.

*

Aku menjadi begitu terobsesi. Ya, obsesi. Tak seharipun benakku luput dari merangkai imaji tentang dia. Padahal ini baru persuaan kedua. Apakah ini? Ah, tapi ini tidak semestinya!

Aku tersenyum. Kembali mengingat perjumpaan pertama kami.
Saat itu ia begitu tergesa memasuki ruanganku. Oh, akhirnya ada yang menjenguk, pekik hatiku. Namun keterkejutannya yang sangat memupuskan harapan, bahwa ia datang untuk aku.

“Maaf, sepertinya saya salah tempat,” ia berkata sambil berdiri mematung. Matanya yang sendu melumat seluruh kesadaranku. 

Aku pikir ia akan segera berbalik menuju pintu. Tidak bisa, ia harus datang untuk aku! Dan kucoba untuk menahannya, sebelum ia membalikkan badan.

“Tunggu! Bagaimana Anda tahu bahwa Anda salah tempat?” tanyaku dengan nafas memburu.

Anehnya ia tetap mematung. Tidak bergegas pergi seperti perkiraanku.
Ia mendekatiku. Dekat, hingga ia berdiri di samping tempat dudukku. Tatapannya tertumbuk pada gambar yang sedang aku buat. 

“Ada apa?” tanyaku berusaha menyembunyikan gambar tersebut. Tapi badanku yang lemah tidak bisa menolak uluran tangannya yang tampak memaksa. 

Ia meraih kertas berisi goresan jariku. Memperhatikannya. Meraba sosok dalam gambar lalu meletakkan kembali kertas itu. Begitu saja. Tidak ada perkataan apapun.

Aku heran. Terlebih saat ia meraih tanganku dan menatap tajam. Perlahan ia mendekati wajahku. Aroma tubuhnya yang harum dan desah nafasnya yang sedikit memburu begitu terasa.

“Yakinlah, semua masih baik-baik saja. Setidaknya saat ini. Sekarang bukan waktumu. Istirahatlah.”

Dan tiba-tiba, ia mengecup keningku. Aku membeku. Bahkan lama setelah ia menghilang di balik pintu.

Aku meraih gambar yang aku buat. Aku tertegun, sosok dalam gambarku itu serupa sekali dengan dia.

Sedetik kemudian aku mendengar suara tangis dari ruang sebelah.

*

Aku selalu menyukai angka 8. Dan juga 3.
Delapan adalah angka sempurna. Dan aku suka angka tiga bukan karena mereka tampak serupa. Aku hanya suka. The best come from 3, some say. Maybe.

Dan kali ini aku lebih mengharapkan angka tiga. Ya, aku tidak sabar menunggu ketiga kalinya aku bertemu dia.

Aku masih ingat perjumpaan terakhir kami. Tiba- tiba saja ia membuka pintu menjelang malam. Ia melangkah mendekati tempatku berbaring.

Lembut ia menyentuh kepalaku. “Apa rasanya?” tiba-tiba ia bertanya.

“Aku sudah terbiasa,” senyumku. Berharap tangannya tetap di kepalaku.

“Kamu hebat. Sudah berapa lama di sini?”

Aku menyebutkan sejumlah angka. Dia tersenyum.

“Buku apa yang sedang kau baca?”, matanya melirik buku yang terbuka di sampingku.
VIRGIN SUICIDE.

“Kau suka kisah seperti ini? Kompleks”, ucapnya sambil meraih buku. Tubuhnya melintasi tubuhku. Semerbak harum yang tetap sama. Tak hanya pada tubuhku, kehangatan semerta menjalari seluruh ruangan.

Sebagian tubuh kami bersinggungan. Seperti disadarkan bahwa mungkin aku merasa sakit, tiba-tiba ia menarik tubuhnya dan menatapku lekat.
“Saya senang, kamu punya banyak kegiatan yang bisa menghiburmu. Lakukanlah, selama itu tidak membuat kamu kelelahan. Maaf, saya harus pergi,” perlahan ia beranjak dari sisiku. 

“Jadi, kamu akan pergi sekarang?” Aku sungguh berharap ia akan tinggal lebih lama kali ini. Tapi tidak.
Dia tak menjawab. Hanya mendaratkan kecupan di keningku. Lembut. Dengan anggun ia menuju pintu. Meninggalkanku sendiri.

Ya, kecupan itu.
Mungkin itu yang membuat aku begitu merindunya. Bahkan saat ini, saat aku merasakan kelemahan yang sangat.

Mama sudah 2 hari ini tidur menemaniku di tempat yang sudah kuanggap rumah ini. Begitu pula Frasya. Mereka mencoba menghiburku. Tapi tetap, hanya dia yang mungkin bisa membuatku bersemangat kembali.

Aku tersenyum ke arah sangkar di meja, dua kupu-kupu yang diberikan Frasya. Akan aku tunjukkan padanya saat ia datang.

21.30. 
Badanku semakin lemah. Aku perlu kamu. Datanglah. Perlahan mataku terasa basah.

Mama memegang jariku. Frasya tetap berusaha membuatku tersenyum dengan senyumannya yang lebar. Papa sibuk berbicara dengan pria berjas putih.

Tiba-tiba aku mencium aroma yang sangat kukenal.
Dia.
Ia hanya berdiri di pintu.
Cepat hampiri aku. Aku memandangnya dengan tatapan memohon.
Ia tetap bergeming. Tangannya mengepal dengan kuat.
Kepalanya menggeleng.
Samar aku membaca gerak bibirnya, “Maafkan aku.”

Secepat kilat ia sudah berada di hadapanku. Lembut ia mendekatkan wajahnya. Bukan kehangatan yang kurasakan. Seluruh ruangan terasa begitu dingin menusuk.

“Tenanglah, ini tidak akan sakit.” Lembut ia mendaratkan kecupan. Kali ini di bibirku. Cukup lama. Dan aku suka. Ketakutan yang aku suka.

Aku merasakan tubuhku tertarik dengan ringan. Ia meraih jemariku. Perlahan tubuhku terangkat.

“Sekarang waktumu untuk ikut denganku. Siap?” tanyanya.

Aku mengangguk. Sebelum aku menengok ke bawah, dimana Mama, Papa, Frasya, dan lainnya memeluk tubuh dinginku sambil meneteskan airmata.


Angel of death.jpg

*

__story of Aqeela : Kupu-kupu yang manis__
KISAH KUPU-KUPU YANG LUCU http://auntybety.blogspot.com/2012/03/kisah-kupu-kupu-yang-lucu.html?spref=tw

MASA? LALU?


Edvard Munch














Dulu…

Ingatkah kala
Saling mendekap
Kemudian kelu
Kemudian gelap

Kita…

Dulu menyatu
Selamanya kutanya
Akhirnya menyata
Maafkan katanya 

Dengar…

Dustamu laku
Tidak habis cukup
Tebarkan luka
Semakin cakap

Lihat…

Katamu sampah
Diammu kejam
Cobalah simpuh
Pergilah kelam

Kamu…

Matamu buta
Hidupmu pekat
Hatimu batu
Pernah penat?

Aku…

Sakiti tak bisa
Aku meradang
Benciku bisu
Asa merenggang

Nanti…
Saat habis bara
Maaf tersulam
Hati tak biru
Kan kuuntai salam

Bisa?

SKETCH : MY BEST MEDICINE pt.2


Hi, there.
These are my latest sketches. Quite a busy week I had last week. College things, works, assessments, personality reports, writing projects, and blah blah blah. But still, I enjoyed it. Thank to my sketch book. Again. I am blessed. 



memyself
This is where these all happened


So, thank you.
Hope you enjoy these sketches as I did.