Friday, February 18, 2011

SEKILAS TENTANG DISLEKSIA


Disleksia adalah gangguan perkembangan berupa kesulitan dalam perolehan bahasa-tertulis atau membaca dan menulis. Anak yang menderita disleksia memiliki kemampuan yang sama dengan anak normal lainnya, hanya dia memiliki kesulitan dalam membaca. Penyebabnya adalah gangguan dalam asosiasi daya ingat dan pemrosesan di sentral yang semuanya adalah gangguan fungsi otak. Pada gangguan ini tidak disebabkan karena gangguan fungsi panca indera, kekurangan pengajaran, pengabaian emosional atau kekurangan motivasi. Yang sering terjadi adalah GANGGUAN MENULIS EKPRESIF. Kondisi ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dan tulisan tangan yang sangat buruk.

Ketika seseorang sedang membaca surat atau buku, sebenarnya dia sedang melakukan beberapa langkah berikut:
1. membaca cepat (scanning) huruf demi huruf yang menyusun kalimat yang ada dalam tulisan tersebut dengan urutan yang benar,yaitu dari kiri ke kanan
2. memindahkan huruf-huruf tersebut ke dalam otak dalam waktu yang singkat
3. mengenali pengelompokan huruf-huruf yang berbeda yang membentuk satu kata tertentu (hal ini melibatkan identifikasi terhadap masing-masing huruf), dengan berbagai macam bentuk font atau model tulisan tangan yang ada
4. membandingkan pengelompokan dengan cara seperti di atas dengan kata-kata yang sudah dikenali yang tersimpan dalam memori otak untuk mengenali bunyi dan arti kata-kata tersebut secara keseluruhan
5. mengingat arti kata-kata tersebut dan menghubungkannya dengan kata-kata pada kalimat berikutnya untuk memahami seluruh isi tulisan, menyelesaikan seluruh proses tersebut dalam hitungan detik, seiring dengan perpindahan pandangan mata yang beranjak dari kalimat satu ke kalimat-kalimat berikutnya.
Proses di atas adalah proses yang dilakukan seseorang (yang normal) dalam membaca. Namun, jika ada salah satu saja proses atau langkah di atas yang terlewati, seseorang akan mengalami kesulitan dalam membaca. Bagi para penderita disleksia, masalah utama dalam membaca terletak pada menghubungkan antara kumpulan huruf dalam sebuah tulisan dengan katakata yang hanya mereka ketahui melalui pengucapannya. Penderita disleksia sebenarnya mengalami kesulitan untuk membedakan bunyi fonetik yang menyusun sebuah kata. Mereka bisa menangkap kata-kata tersebut dengan indra pendengarannya, namun ketika harus menuliskannya pada selembar kertas, mereka mengalami kesulitan harus menuliskannya dengan huruf-huruf yang mana saja. Dengan demikian, dia juga kesulitan menuliskan apa yang diinginkan ke dalam kalimat-kalimat panjang secara akurat.

Ada dua komponen penting dalam proses membaca, yaitu “decoding” dan “comprehension”. Pada disleksia, hanya “decoding” yang mengalami gangguan sedangkan f ungsi kognisi yang lebih “tinggi” yang berhubungan dengan “comprehension” misalnya reasoning, kosa kata dan intelegensi secara umum tidak mengalami gangguan

Kekurangan anak disleksia dalam membaca, yakni Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang ia ucapkan, menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak dari satu teks ke teks berikutnya, melewatkan beberapa suku kata, kata, frasa atau bahkan baris-baris dalam teks yang dibaca, menambahkan katakata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks yang dibaca, membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf-huruf lain, salah melafalkan kata-kata yang sedang dia baca,walaupun kata-kata tersebut sudah akrab,mengganti satu kata dengan kata lainnya,sekalipun kata yang diganti tidak memiliki arti yang penting dalam teks yang dibaca, membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti, mengabaikan tandatanda baca.

Ketika belajar menulis, anak disleksia akan melakukan hal-hal berikut, yakni menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata, tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis, menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis, mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf- huruf tersebut tidak sama, menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin dia tuliskan, mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang ia baca. Apabila seorang anak tidak bisa membaca, belum tentu dia mengidap disleksia.

Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak sudah tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi masih ada bagian otak lain yang masih dapat dirangsang untuk dapat berfungsi optimal. Oleh karena itu pemberian terapi haruslah sedini dan seoptimal mungkin, sehingga anak diharapkan dapat mengejar apa yang menjadi kekurangannya selama ini. Melalui penelitian prognosa disleksia menetap sampai dewasa. Disleksia yang nampak seperti “menghilang” atau “berkurang” di masa dewasa bukanlah karena disleksia nya sembuh melainkan karena individu tersebut sudah berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan akibat disleksia nya tersebut

Terapi untuk anak yang mengidap disleksia yang selama ini telah terbukti keberhasilannya adalah remedial educational approach dan phonic lessons. Remedial yaitu bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Sangat efektif terutama pada anak yang dikenali di usia prasekolah. Teknik pengajaran yang menekankan pada phonological awareness. Guru remedial ini akan menyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar dengan baik dengan tehnik-tehnik pembelajaran tertentu (sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak) yang sangat bermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar. Sehingga penting untuk mengetahui rancangan program remedial yang sesuai yang bisa mengakomodasi kebutuhan anak.

No comments:

Post a Comment