Wednesday, February 13, 2013

Freya Butterfly : A Sneak Peak



Demi kupu-kupu dalam perutku, aku memujamu.
(Raff)
*
Demi kupu-kupu yang menjelma dari dalam tubuhku,
aku mencintai dia dan kamu.
(Frasya)
*
Aku adalah kupu-kupu yang menyayangi kalian.
Biarkan aku terbang. Akan kusaksikan kalian berbahagia.
Dua manusia yang selalu memiliki tempat dalam hati dan pikiranku. Selamanya.
(Freya)
----------------------

PROLOG
27 Februari 2012
Dear Raff dan Frasya,
Aku berharap surat yang aku buat ini bukan semata mengenai diriku saja. Aku berharap surat ini dapat membuatku mengingat semua hal di antara kita.
Tepat pukul empat sore. Saat aku mengetik surat ini. Cukup sulit untukku memulainya. Harus kuakui aku sedikit bingung memikirkan cara yang paling memungkinkan untukku menumpahkan apa yang tengah kupikirkan dan rasakan saat ini. Jujur, dibandingkan mengetik aku lebih menyukai menulis. Rasanya lebih romantis (oh please, do not laugh at me). Seperti kalian tahu, bagiku pensil dan kertas adalah sahabat setia (selain kalian tentu saja). Dan aku sangat menyukai emosi yang terlibat saat aku mengguratkan alat tulisku di atas kertas (Frasya, kamu masih ingat koleksi kertas suratku kan? You know what? You have the honor to keep it as my legacy haha). 
Oke, kembali ke laptop.Yah, pada akhirnya aku memilih untuk mengetiknya. Kalian pasti tahu kenapa.  
Bagaimana kabar kalian sekarang? Aku membayangkan saat ini kalian sedang membaca suratku. Apa rasanya? Apa yang kalian pikirkan? Apa kalian merasakan kerinduan yang sama seperti aku? Apa kalian segera membaca surat ini? Sudah berapa lama kita tidak berjumpa? Satu hari? Satu minggu? Satu bulan? Kalian tahu, sebenarnya aku ingin menyampaikan semua ini secara langsung kepada kalian. mungkin di suatu senja di café favorit kita, sambil aku menyesap susu cokelat sementara kalian menikmati dua gelas cappucinno dan vanilla latte. Atau mungkin sambil kita menunggu lampu merah jembatan Cikapayang yang durasinya setara durasi lagu November Rain (oke ini berlebihan). Tapi, jika itu terjadi mungkin aku akan menyampaikannya dengan tawa terbahak yang kalian tahu hanya palsu, sementara aku tahu pasti kalian akan merasakan kesedihan. Aku sudah cukup egois pada kalian selama ini. Benar apa benar?
Guys, kalian ingat bulan Juli tahun 2004? Tak terasa tujuh tahun berlalu sejak pertemuan pertama kita, ya? Tampak culun dalam seragam  putih biru yang sedikit kebesaran. Setidaknya di tubuhku yang mungil ini. Kita bertiga terlambat datang meskipun sudah berlari secepat mungkin melewati gerbang sekolah. Ingat ketika kita serempak menjawab, “Macet’” saat ditanya mengapa terlambat oleh penjaga gerbang? Dan kemudian kita harus rela berdiri di antara senior yang dengan angkuhnya mendelik saat kepala sekolah membuka acara penerimaan siswa baru. Dan kamu Frasya, dengan konyolnya membiarkan perutmu berbunyi, sementara Raff sibuk memelototi senior cewek (Siapa ya namanya? Aku lupa) yang terang-terangan mencuri pandang (batuk). Meski kita harus tinggal lebih lama di lapangan dan berpanas-panasan mendengarkan ocehan kakak tatib, tapi justru kejadian itu yang sangan aku syukuri selama kita di SMP. Aku jadi kenal kalian berdua. Dan bersahabat sampai sekarang. Kalian itu senyata-nyatanya pepatah bahwa ada pelajaran yang dapat diambil dari setiap peristiwa, bahkan yang paling tidak menyenangkan (oke, aku tahu ini tidak nyambung).
But guys, kalian itu memang pelajaran yang sangat berharga bagiku. Meski kadang aku geleng-geleng dengan ulah kalian, you both are true the very best gift ever happened to me. Dan  tanpa kalian sadar, kalian telah memberikan banyak sekali berkah dalam hidupku. Aku belajar banyak dari kalian berdua. Bukan hanya kalian yang begitu berharap kita bisa masuk SMA yang sama. Aku pun. Sangat. Dengan yakinnya aku berikrar akan lebih giat belajar bersama dengan kalian dan menunjukkan prestasi yang lebih jika kita bertiga diterima di SMA paling favorit di Bandung. Ya, ternyata Tuhan masih sayang dengan kita yang bandel-bandel ini.
Tapi menurutku masa SMA tidak semenyenangkan saat kita berseragam putih biru. Selain Raff yang bertambah tampan (sebentar, aku butuh minum), kita mendadak menjadi kutu buku yang....ah Frasya, jangan berkelit. Aku tahu kamu selalu membawa catatan kecilmu dan membacanya setiap jeda ekskul taekwondo. Dan Raff, meskipun kamu nongkrong di markas badan keamanan, kamu selalu membawa buku kumpulan soal fisika dan kimia, kan?
Kita berubah. Berubah ke arah yang lebih baik kurasa. Kita berusaha menjadi manusia yang lebih dewasa. Kita mulai menetapkan jalan meraih cita- citaa. Meski itu berbeda, tapi kita tetap saling mendukung. 
Aku tetap mendukung.
Meski pada akhirnya mungkin sulit bagiku, aku akan tetap mendukung kalian. aku sangat berharap bisa menyaksikan kesuksesan kalian suatu hari nanti. Meski aku harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan kesempatan itu.

Dear Raff dan Frasya,
Aku mencintai kalian. Akan selalu mencintai kalian. Selalu. Selama aku mampu. Mereka bilang cinta bisa mengalahkan segalanya. Mereka bilang cinta dan waktu bisa menyembuhkan. Aku memiliki cinta yang teramat besar untuk kalian. Tapi waktu tidak mau menjadi temanku. Atau mungkin cinta dan waktu sebenar-benarnya sedang melakukan tugasnya sebaik mereka mampu. Ah ya, mungkin begitu. Aku seharusnya ingat, ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang kita. Tepatnya, ini tentang kalian berdua, pada akhirnya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Ini adalah cuplikan cerita yang sedang coba aku selesaikan dalam proyek #Kisah1001Mantan gagasan Mas @Momo_DM . So far sudah tertulis hampir 60 halaman dari target 120 halaman (Pffuiihhh masih banyak banget ya...). Mohon doa semoga bisa konsisten menulis dan bisa menyelesaikannya. Semangat! :')

2 comments:

  1. wah 120 halaman? pasti butuh energi banyak untuk menuntaskannya, semangat ya :D

    ReplyDelete
  2. Semangat, Ontiii...
    Aku bikin kumcer. Tapi rasanya ide kok semakin menyusut T.T

    ReplyDelete