Monday, February 11, 2013

Surat Undangan Istimewa

Preraphaelite Evelyn DeMorgan's Angel of Death



Kepada : Yth. Tuan yang bertugas mencabut nyawa
Perihal  : Undangan minum Kopi
Tempat : Teras belakang rumah
Urgensi : ASAP

Dengan hormat,
Tuan yang bertugas mencabut nyawa

Apa kabar Tuan? Bagaimana dengan tugas yang diembankan pada Tuan hari ini? Saya yakin jika atasan Tuan menghendaki, maka tak ada pekerjaan Tuan yang tidak berhasil, bukan? Saya pikir begitu, jikapun ada yang tidak, maka saya yakin bahwa itu juga merupakan kehendak atasan Tuan. Apakah saya benar?

Begini Tuan, maksud saya mengirimkan surat ini adalah, sesuai dengan apa yang tersurat di perihal, ingin mengundang Tuan menikmati secangkir kopi di teras belakang rumah saya. Ah, Tuan sedang mengernyitkan dahi sekarang? Apakah Tuan bertanya-tanya apa maksud yang mengundang Tuan?  Mengapa harus kopi? Mengapa di teras belakang? Mengapa rumah saya? Dan mengapa harus anda? Baiklah, saya akan menjabarkannya secara singkat. Saya tahu Tuan memiliki pekerjaan yang sangat istimewa dan teramat sangat berat, maka saya tak ingin mengorbankan waktu Tuan yang berharga lebih banyak lagi.

Singkatnya begini, ada perihal yang ingin saya tanyakan mengenai pekerjaan Tuan yang luar biasa. Saya pikir atasan Tuan mengembankan tugas ini dengan pertimbangan yang sangat matang. Mencabut kehidupan dari mahluk bernyawa bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan layaknya memilih gula-gula apa yang ingin kita lumat tak bersisa hari ini (ini analogi yang sangat buruk, sudilah Tuan mengabaikan). Nah, saya ingin mendengar dari mulut Tuan sendiri bagaimana rasanya menjalani tugas yang tak biasa ini? Apa yang Tuan rasa dan pikirkan saat mereka meregang nyawa? Lebih banyak mana Tuan, mereka yang melepaskan kehidupan mereka dengan senyuman atau dengan penyesalan?

Mengapa harus kopi? Hemmm, bagi saya kopi itu semacam ribuan batang korek api yang bisa mengganjal mata di saat saya menginginkannya untuk terbuka. Kopi juga laksana setrum yang bisa membuat sinaps dalam sel abu-abu di kepalaku menjadi lebih aktif di saat saya mengingingkannya untuk berpikir lebih cepat. Dengan pekerjaan Tuan yang sepertinya tak kenal jeda, tentu Tuan membutuhkan perangsang yang multi guna. Maka saya menawarkan segelas kopi panas untuk Tuan. Cobalah, tapi saya tidak menjamin Tuan tidak teradiksi olehnya.

Teras belakang rumah saya tidaklah luas, Tuan. Namun denyut kehidupan penghuninya lebih sontak terdengar di sana. Saya ingin Tuan menjadi bagiannya, menikmati kolam ikan yang dibuat oleh ayah saya dan bermacam tumbuhan yang ditanam olehnya. Jika Tuan beruntung, Tuan bisa menikmati kelucuan beberapa binatang peliharaan kami. Mereka semua mahluk hidup Tuan, yang pasti di suatu waktu yang tidak mereka ketahui akan mendapatkan kunjungan istimewa dari Anda dan mendapatkan kecupan kematian. Saya harap jika waktu itu tiba, mereka bisa menghadapinya dengan senyuman.

Dan mengapa harus Anda? Saya sudah menyiratkan alasannya. Namun sebenarnya ada satu agenda tersembunyi. Saya ingin menceritakan satu rahasia mengenai diri saya. Rahasia yang seharusnya aku tahu bahwa Anda mungkin sudah mendengarnya dari atasan Tuan. Rahasia bahwa saya belum siap mati detik ini. Saya berharap, Anda mau membujuk atasan Anda untuk menunda kematian saya, meskipun saya tahu tak ada yang bisa mengubahnya jika beliau menghendaki begitu. Namun ada baiknya Tuan mendengarkan alasan saya. Saya masih memiliki banyak sekali kewajiban dan mimpi yang harus dan ingin saya tuntaskan. Saya tak mungkin menyebutkan satu persatu di sini, biarlah nanti saya sampaikan secara langsung jika Tuan menerima undangan saya ini.

Bagaimana, Tuan? Saya harap Tuan sudi mempertimbangkan kedatangan Tuan ke rumah saya. Tidak perlu detik ini juga, saya tidak bisa memaksa Tuan untuk meninggalkan pekerjaan Tuan. Itu sama saya meminta Tuan untuk tidak mematuhi kewajiban, bukankah?

Tuan, sekarang sudah senja. Sebentar lagi akan datang waktu saya untuk menikmati segelas kopi. Jadi baiknya saya sudahi saja surat saya ini. Terima kasih sudah bersedia membacanya.

Hormat Saya,
yang mendamba bertemu Tuan dalam balutan senyum dan secangkir kopi hangat

2 comments: