Saturday, September 1, 2012

Malam Itu Aku Mengutukmu



Source Pinterest


Dari balik rimbun pohon aku menjalankan kebiasaan yang kulakoni setiap akhir minggu. Ya, pagi itu kuputuskan kembali mengintainya, sahabatku sendiri. Saat semburat kuning keemasan belum tercumbu oleh asap ratusan kendaraan yang akan melintasi rumah kecil bercat khaki di ujung jalan.

Seperti yang sudah kuduga, ia berdiri di depan rumah. Menyedekapkan kedua lengan merangkul dada ringkihnya. Sementara dadaku berdegub kencang merutuki angin dingin di pagi yang membuat dua tonjolan mungil di sana menegang. Aku dan dia sama-sama bergidik. Aku merapatkan baju hangatku yang sedikit tersingkap. Melihatnya begitu pucat membuat seluruh tulangku serupa remuk redam. Tak butuh waktu lama, bulat matanya menangkap sosokku.

Aku tak pandai bersembunyi darinya. Aku tak bisa menghindar.

“Apa yang kau lakukan di luar sepagi ini?” tanyaku setelah kami berhadapan.

“Aku sedang menunggunya.” Lalu ia menyeruput capucinno kesukaannya yang terlihat tak lagi mengepulkan asap.

Mengapa?”

Matanya menatap mataku seakan tak percaya pertanyaan yang baru saja kulontarkan. Aku menunggunya untuk datang dan mencintaiku.”

Alis mataku bertaut. “Jangan gila!”

“Jangan pernah mengatakan aku gila!” Bibirnya gemetar.

“Dia tidak akan datang. Dia seharusnya sudah kamu lupakan. Berpikir waraslah.” Perlahan aku semakin mendekatkan tubuhku padanya. Ia masih berdiri lemah. Aku mencoba menyentuh rambut dan wajahnya. Dibalas oleh tepisan tangan.

“Kamu tahu? Kamulah yang gila. Pergilah.” Kembali matanya nanar menatap ujung jalan.

“Aku akan pergi,” aku mengerang, ”Tapi aku akan tetap kembali.”

Ya, aku akan tetap kembali. Lagi dan lagi. Karena kegilaanku berasal dari cintaku yang maha padamu. Bisikku dalam hati dengan getir

Lalu dengan langkah berat aku berlalu. Kembali menyusuri jalan yang sama sejak dua bulan lalu. Aku sadar, waktunya belum saat ini.

--

Dua bulan lalu. Pertemuan tak sengaja menjelang akhir minggu membawaku dan dia berdiri di bawah atap halte bus yang sama. Terpaan air hujan membingkai wajah ayunya. Terlalu canggung bagiku untuk berpura-pura sibuk dengan lagu yang mengiang di kepalaku.

Kau adalah obsesiku
Tak mau sekejap pun berpaling dari wajahmu
Kau adalah obsesiku
Kau membuatku ingin menghentikan waktu
Meski aku bukan siapamu
Mengalah dan berlalu darimu ku tak mampu

Ia tersenyum dan mendekat ke arahku. Tubuhku yang sudah dingin oleh air hujan menjadi semakin kaku.

“Hai, apa kabar? Lama tak bertemu.”  Buru-buru kumatikan rokok yang belum habis aku hisap. Dia tidak suka rokok. Tepatnya, dia tidak suka melihat aku merokok.

Ia memelukku sambil menjawab, “Luar biasa. Kamu?”

“Sedikit disibukkan dengan urusan kantor. Biasalah, namanya juga anak bawang.” Aku mengoreksi letak kacamataku yang bergeser.

“Bagaimana tempat kerja baru? Sudah ada yang menarik hatimu?” Ia tersenyum sedikit nakal.

“Kamu tahu, aku tak punya waktu untuk kehidupan asmara.” Gugup aku mengelap kacamataku. “Lalu bagaimana dengan dirimu dan dia?” Aku menelan ludah dengan sulit saat menyebut nama kekasihnya.

Sejurus kemudian rona merah menghiasi wajahnya. Sesuatu yang mampu menghadirkan berjuta kupu-kupu dalam perutku.

“Doakan aku untuk secepatnya menikah. Ia berkata akan segera meminangku.” Ia berkata dengan senyum mengembang. Sedikit  rona kemerahan di pipinya menegaskan bahagia yang tengah ia rasa.

Oh, seharusnya aku tak bertanya. Kini dadaku terasa tertusuk duri yang sangat tajam, menekan dan terus menekan. Menyisakan lubang dalam yang tak mampu disembuhkan. Lalu ribuan rintik hujan semakin memekakkan telinga. Satu-satunya yang bisa menghindariku dari ketidakwarasan adalah kehadiran bus yang bisa membawaku pergi dari sini. Tapi Tuhan tak mendengar doaku. Karena sejurus kemudian ia yang meninggalkanku terlebih dulu. Berlalu bersama kekasih hatinya. Tangan kananku melambai ke arah mereka. Senyumku merekah. Hatiku meneteskan air mata.

Kembali aku menggumamkan laguku dengan kepalan tangan yang terasa menyakitkan.

Aku akan memilikimu
Suatu hari aku akan memilikimu
Aku akan mencari jalan untuk memilikimu
Menyimpanmu hanya untukku
Dalam gelas kaca berwarna biru
Ya, aku akan memilikimu

--

Malam itu, aku kembali menatap wajahnya. Aku menumpahkan segala perasaan yang selama ini begitu menyesakkan.

Malam ini aku mengutukmu.
Aku mengutukmu atas percikan asa yang tak sempat terpadamkan.
Aku mengutukmu atas pelukan yang sempat berulang kau tawarkan.
Aku mengutukmu atas genggaman tangan yang pernah kau ulurkan.
Aku mengutukmu atas mimpi berkepanjangan yang tak terhentikan.
Aku mengutukmu atas rapalan doa yang teruntai dalam desah diam-diam.
Aku mengutukmu atas senyum yang terkirim dalam mimpi di gelap malam.
Aku mengutukmu atas jalinan harap dalam helaan di antara kesunyian.
Aretha, aku mengutukmu untuk hanya denganku merajut kebahagiaan.

Gemetar tanganku membakar dupa. Lembut aku mencium wajah yang terbingkai dalam sketsa. Lalu membiarkan api mencumbu gambar wanitaku. 

Oh wanitaku yang ayu…. Dia tak akan pernah mencintaimu. Aku, hanya aku yang mampu. Meski butuh waktu berminggu, berbulan bahkan bertahun lagi. Jangan ragukan kesungguhanku.

Sembari menikmati aroma dupa yang terbakar, aku kembali menikmati alunan lagu yang mengalun sendu dalam kepalaku.

Kau adalah obsesiku
Tak mau sekejap pun berpaling dari wajahmu
Kau adalah obsesiku
Kau membuatku ingin menghentikan waktu
Meski aku bukan siapamu
Mengalah dan berlalu darimu ku tak mampu

Aku akan memilikimu
Suatu hari aku akan memilikimu
Aku akan mencari jalan untuk memilikimu
Menyimpanmu hanya untukku
Dalam gelas kaca berwarna biru
Ya, aku akan memilikimu

Aku menari mendekati cermin. Menyusuri setiap lekuk wajah dah tubuhku. Kulepaskan kacamataku. Lembut aku menyisir rambutku yang sebahu. Perlahan kuusapkan bedak di pipiku yang tirus. Bukankah aku pantas untuk dia?

“Ya, cuma butuh ini saja.” Hati-hati kupoleskan perona di bibir tipisku.

Selesai. Kami akan menjadi sepasang wanita yang sempurna.



2 comments:

  1. Aunty emang suka yang psiko psiko ni...hehe
    Bagus bagus bagus...

    Keep writing Aunty

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Ben. Sedang belajar... Ditunggu masukan buat karya yang lain. :))

      Delete