Sunday, March 15, 2015

Athazagoraphobia



Jemari lelaki itu masih saja gemetar, seperti sabtu lalu dan entah berapa sabtu yang sudah terlewati, saat menggoreskan pesanan sang perempuan.
Aku tahu persis, lelaki itu jatuh cinta yang sangat. Diam-diam. Dengan langkah kikuk, ia akan kembali ke dapur untuk menyerahkan pesanan. Lalu melesat ke dalam kamar mandi, melepaskan hasrat yang menggelegak. Karena sang perempuan. Sendirian. Diam-diam.
Sendirian? Ah, dia tidak sadar. Ada aku mengintip setiap gerik. Dan aku tidak tahan lagi.

Sabtu ini. Kembali sang perempuan memanggilnya untuk memesan. Aku sudah tidak tahan. Kali ini aku tidak mau menuruti keinginan lelaki yang kusayang. Alih-alih menera pada kertas order, aku memilih menancap pada leher sang perempuan.
Lelakiku, sekarang milikku seorang.

No comments:

Post a Comment