Sunday, March 15, 2015

Warisan yang Hilang


“Keris bapak hilang!” Ragil berbisik. Lemas, ia membantuku membawakan sisa dagangan batik hari ini. Dua yang laku. Sedikit rupiah dapat kusisih sebelum kusetorkan pada Bu Ratmi. Aku menghela nafas yang semakin berat.
“Itu warisah bapakku, Las! Harganya bahkan bisa membeli sawah!” Suamiku mengejar masuk ke kamar. Dadanya naik turun. Amarahnya mencapai ubun-ubun.
Lalu mengapa tak kau jual untuk modal bekerja alih-alih memujanya hampir setiap waktu? Aku membendung setiap kata. Diam, pilihan terbaik.
“Cari! Planga-plongo saja bisamu!” Kesal, suamiku menghempaskan tubuhnya ke atas dipan yang sudah tak ia sentuh selama berbulan. Degub dadaku begitu kencang.
Terdengar jeritan. Akhirnya suamiku menemukan apa yang hilang. Tegak menembus bantal dan tempurung kepalanya, keris yang kusembunyikan.

No comments:

Post a Comment