Sunday, March 15, 2015

Lawan Sepadan



Ini gawat. Pedangku sungguh tak lagi tajam. Bukan karena ia jarang digunakan. Aku mengira-ngira penyebabnya. Mungkin hasratku untuk berlaga sudah sirna. Atau memang tak lagi ada lawan yang sepadan baginya.
Puncaknya tadi pagi. Pedangmu tak lagi digdaya, istriku berkata. Melengos, kembali ia menekuni berita selebriti di televisi.
Lunglai, aku kembali menyarungkan pedangku dan beranjak ke luar untuk menghisap cerutu. Kau sungguh-sungguh perlu mengasahnya, teriakan istriku jelas terdengar. Dia benar. Dan bukan tak pernah aku melakukannya.
Dari balik kursi bar aku mengedar pandang. Seharian aku berpikir dan akhirnya menemukan jawaban. Aku perlu mengasah pedangku dengan cara berbeda.
Ya, bukan dengan wanita. Mungkin dengan pria berdada bidang yang duduk di pojok ruangan.

No comments:

Post a Comment