Teruntuk : Topan Setiawan
Tembusan : @opanindiez
Perihal
: Surat Cinta (Monyet)
Bandung, 31 Januari 2012
Dengan Hormat,
Hey, Ali Topan Anak
Jalanan, kaget ya dapat kiriman surat? Dari aku pula, si bidadari masa kecil
(hehehe). Btw apa kabar? Suara masih bagus? Body
masih oke? Senyum masih lebar tapi malu-malu? Salahkan Bos @PosCinta. Iya,
salahkan dia kalau kamu gak suka dapat surat ini. Soalnya aku “terpaksa”
mengirimkan surat dengan tema “Cinta Monyet’, kalau tidak katanya aku gak boleh
ikutan #Gathering30HariMenulisSuratCinta hiks :’(
Eh, jangan cengar-cengir,
apalagi GeEr ya. Aku tegaskan sekali lagi, meski judul seharusnya ini adalah
Surat Cinta Monyet, tapi suer ini (bukan) surat cinta, monyet! Aku juga gak
ngerti kenapa ngetik surat ini buat kamu, just
a blast aja nama kamu tetiba muncul. Enggak lah, kamu, aku, kita itu sudah
kayak saudara sedari kecil. Iya nggak? Sudah tau zamannya dulu masih pake baju
monyet, masih ingusan bin umbelan, masih suka nangis kalo gak diajakin main sama
kakak-kakak kita yang sok kerennya astaganaga itu. Mungkin karena kita tau sama
tau sedemikian hingga itulah kita sudah kayak saudara. Atau jangan-jangan kamu
baik sama aku karena namaku sama dengan nama mamahmu???
Kamu, FYI aja ya, aku mau
bilang terima kasih sudah jadi teman aku dari zaman TK, SD, SMP, bahkan sampai
sekarang (ngaku, bukan karena terpaksa kan?). Terima kasih sudah mau “ngawal’
atau “boncengin” aku pake sepeda kalau belajar bersama di rumah temen (inget
waktu itu boncengan dari latihan drama di rumah Mezzi?). Bersedia menahan
godaan temen-temen kita yang sedikit reseh (As, Zulfa misalnya – love you Gals
:*) demi bertanggungjawab nganterin aku sampai rumah. Atau saling pinjam catatan
dan buku untuk ngerjain tugas sekolah.
Aku mau jujur nih, aku
gak kaget kalau akhirnya kamu memutuskan untuk jadi vokalis. You are born with a really great voice,
indeed. Aku gak pernah nyumpel telinga loh setiap denger kamu teriak-teriak
nyanyi dari kamar mandi (oops). Bukannya nguping, tapi gak mungkin kan aku gak
denger secara rumah kita cuma terpisah oleh si tembok itu. Oh iya, masalah
tembok yang kamu sebut TEMBOK BERLIN, bukannya diruntuhin sama “Hitler”, eh
malah bawahnya dibikin kolam ikan sama Papa. Jadi kita gak akan bisa saling
nongol dari tangga tembok itu lagi kalau ada perlu apa-apa.
Pan, senang waktu dengar
kamu sudah menemukan pasangan hidup. Awet-awet ya. Maaf waktu itu gak bisa datang,
biasa akunya sok sibuk (hehe). Tapi all
the best for you deh. Doakan juga aku cepat-cepat menyusul ya. Sudah bosan
nih setiap pulang ditanyain melulu. Kalau ketemu pasanganmu aku juga mau bilang
bahwa dia beruntung bisa mendapatkan salah satu sahabat terbaikku. Hush! Jangan
nyengir!!! Dah ah, mulai ngelantur. Dah dah Opan!
Tertanda,
Bety, yang bukan mamah mu
No comments:
Post a Comment