Selamat Siang,
Pa. Apa kabar? Papa lagi apa sekarang? Hmmm, kalau tidak lagi mengurusi kebun
atau tanaman hias, pasti Papa lagi beredar bekerja dengan alasan mencari
kesibukan. Papa kapan istirahatnya sih? Papa lupa yang kata dokter Papa gak
boleh capek, baik fisik maupun pikiran. Papa itu benar-benar keras kepala, ya.
Sama kayak aku.
Pa, Papa
istirahat dong. Papa pasti tahu betapa cemasnya Mama kalau Papa lembur sampai
malam atau bahkan minep di tempat kerjaan untuk menuntaskan proyek. Bukannya
kami tidak mau Papa punya kesibukan, tapi Papa harus menyadari kondisi Papa.
Papa sudah tidak muda lagi, dan kalau penyakit Papa kambuh bagaimana?
Pa, aku tahu Papa
masih kerap mencari kesibukan di luar pasti karena tidak ingin merepotkan kami
anak-anakmu. Papa memang selalu begitu dari dulu, gak pernah mau merepotkan
orang lain. Sebisa mungkin Papa yang menanggung semua beban dan menyimpannya
untuk Papa sendiri. Pa, somehow Papa
harus mau berbagi apa yang Papa rasa dan pikirkan.
Pa, aku ingat
bertahun lalu Papa begitu keras berusaha menyembunyikan penyakit Papa dari
kami. Sampai akhirnya Papa tidak kuat lagi dan dokter memvonis waktu Papa di
dunia ini tidak lagi bisa bertahan lama. Pada saat itu aku bisa melihat betapa
Papa yang biasanya terlihat sangat kuat dan kaku bisa menitikkan air mata,
meskipun itu secara diam-diam. Iya Pa, tanpa Papa tahu aku tahu saat malam
menjelang Papa memandangi wajah kami yang sedang tertidur sambil menangis. Saat
itu aku belum tidur Pa, dan aku sulit untuk bisa tidur tanpa memikirkan aku
bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Dan aku pun diam-diam menangis.
Jika sampai saat
ini Papa masih bisa mendampingi kami, kami tahu harus berterima kasih pada
siapa. Ya, pada Tuhan yang maha dan Papa sendiri yang telah berjuang dengan
sangat hebat, selain pada Mama atas doanya yang tak terhingga. Papa yang
mengajari kami banyak hal tentang hidup, dengan segala kasih sayang yang berbalut
ketegasan, dengan segala kemauan untuk bisa bertahan di atas kaki sendiri, dengan
kekuatan yang luar biasa. Papa yang menantang kami untuk berusaha sampai batas agar
kami bisa menjadi pribadi yang mandiri dan membanggakan, sama sepertimu.
Terima kasih Pa,
untuk memberikan kehidupan yang sangat berharga bagi kami anak-anakmu. Untuk
mengenalkan asyiknya Karl Marx, Soekarno, Multatuli, Nody, Bobo, Mimin, Bahasa Inggris, Ensiklopedia,
Sejarah, Arsitektur, Tom Jones, Scorpion bahkan Yngwie. Terima kasih untuk
selalu menjadi imam dalam shalat kami, dan pemimpin dalam hangatnya kebersamaan
di waktu makan malam. Terima kasih untuk selalu mematikan lampu, diam-diam menyelimuti,
dan membelai rambut kami saat kami terlelap di malam hari.
Terima kasih
untuk menjadi Papa terhebat.
Anakmu yang
diam-diam mengagumi dalam diam
@I_am_BOA
No comments:
Post a Comment