Monday, January 16, 2012

DAY #3 “A LETTER TO PA, MY LIFETIME HERO”


Selamat Siang, Pa. Apa kabar? Papa lagi apa sekarang? Hmmm, kalau tidak lagi mengurusi kebun atau tanaman hias, pasti Papa lagi beredar bekerja dengan alasan mencari kesibukan. Papa kapan istirahatnya sih? Papa lupa yang kata dokter Papa gak boleh capek, baik fisik maupun pikiran. Papa itu benar-benar keras kepala, ya. Sama kayak aku.

Pa, Papa istirahat dong. Papa pasti tahu betapa cemasnya Mama kalau Papa lembur sampai malam atau bahkan minep di tempat kerjaan untuk menuntaskan proyek. Bukannya kami tidak mau Papa punya kesibukan, tapi Papa harus menyadari kondisi Papa. Papa sudah tidak muda lagi, dan kalau penyakit Papa kambuh bagaimana?

Pa, aku tahu Papa masih kerap mencari kesibukan di luar pasti karena tidak ingin merepotkan kami anak-anakmu. Papa memang selalu begitu dari dulu, gak pernah mau merepotkan orang lain. Sebisa mungkin Papa yang menanggung semua beban dan menyimpannya untuk Papa sendiri. Pa, somehow Papa harus mau berbagi apa yang Papa rasa dan pikirkan. 

Pa, aku ingat bertahun lalu Papa begitu keras berusaha menyembunyikan penyakit Papa dari kami. Sampai akhirnya Papa tidak kuat lagi dan dokter memvonis waktu Papa di dunia ini tidak lagi bisa bertahan lama. Pada saat itu aku bisa melihat betapa Papa yang biasanya terlihat sangat kuat dan kaku bisa menitikkan air mata, meskipun itu secara diam-diam. Iya Pa, tanpa Papa tahu aku tahu saat malam menjelang Papa memandangi wajah kami yang sedang tertidur sambil menangis. Saat itu aku belum tidur Pa, dan aku sulit untuk bisa tidur tanpa memikirkan aku bisa kehilanganmu sewaktu-waktu. Dan aku pun diam-diam menangis.

Jika sampai saat ini Papa masih bisa mendampingi kami, kami tahu harus berterima kasih pada siapa. Ya, pada Tuhan yang maha dan Papa sendiri yang telah berjuang dengan sangat hebat, selain pada Mama atas doanya yang tak terhingga. Papa yang mengajari kami banyak hal tentang hidup, dengan segala kasih sayang yang berbalut ketegasan, dengan segala kemauan untuk bisa bertahan di atas kaki sendiri, dengan kekuatan yang luar biasa. Papa yang menantang kami untuk berusaha sampai batas agar kami bisa menjadi pribadi yang mandiri dan membanggakan, sama sepertimu. 

Terima kasih Pa, untuk memberikan kehidupan yang sangat berharga bagi kami anak-anakmu. Untuk mengenalkan asyiknya Karl Marx, Soekarno,  Multatuli, Nody, Bobo, Mimin, Bahasa Inggris, Ensiklopedia, Sejarah, Arsitektur, Tom Jones, Scorpion bahkan Yngwie. Terima kasih untuk selalu menjadi imam dalam shalat kami, dan pemimpin dalam hangatnya kebersamaan di waktu makan malam. Terima kasih untuk selalu mematikan lampu, diam-diam menyelimuti, dan membelai rambut kami saat kami terlelap di malam hari.

Terima kasih untuk menjadi Papa terhebat.

Anakmu yang diam-diam mengagumi dalam diam
@I_am_BOA

No comments:

Post a Comment