Monday, June 25, 2012

Langit pun Tersenyum


Wakatobi


Desember 2010

Honeymoon di Wakatobi? Seriusan?” aku tak berhenti terkekeh mendengar perkataannya. 

Ia meninju lenganku. “Kenapa enggak? Itu impianku kok,” katanya ketus. Matanya tetap terpaku pada layar komputer perpustakaan, lekat memandangi gambar-gambar pemandangan Wakatobi yang ia dapat dari internet.

“Kalau aku maunya ke Pangandaran aja, gimana? Masih mau?” aku tetap menggodanya.

“Idih,,, emangnya siapa yang mau honeymoon sama situ? Sudah ah, aku ada bimbingan.” Ia mencibir dan berlari kecil menjauhiku.

Tapi selapis senyum menghiasi ujung bibir lembutnya. Dan mata nyalangnya menyampaikan pesan, “Ya, tentu saja!”

Tiara.

--

Mei 2012

“Kita akan kemana, Nan?” tanyanya dengan mata penuh curiga saat aku mengajaknya meliburkan diri. Dan matanya membulat seketika saat aku ucapkan satu kata yang memang menghuni angan-angannya selama ini.

“Serius?” jeritnya sambil mengguncang-guncang pundakku saat itu.

Aku menggeleng dan terbahak. Tapi kamu tahu aku bercanda.
Ya, aku serius. Aku selalu serius untuk kebahagiaan kamu Tiara. Selalu.

Jadi, di sinilah kita sekarang. Bersama melahap hamparan laut biru yang mempesona. Setelah melalui perjalanan yang panjang. Seperti kisah kita.

Teriakan kegirangan Tiara membuatku terjaga dari lamunan.

“Benar kan, Nan. Wakatobi itu mempesona. Oh, Danan you have no idea how lucky I am right now. Thanks to you,” ia memelukku dengan erat.

Iya, Tiara. Wakatobi memang mempesona. Tapi ia tidak mampu menghipnotisku sedahsyat satu kerlingan senyummu.

“Yakin kita akan bermalam di tempat ini?” Ia mengerling nakal saat kami memasuki cottage di tepi pantai.

Desir daun kelapa yang bergesekan tertiup angin tidak bisa menandingi hentakan jantungku yang berdebam aneh.

“Kenapa tidak?” Aku tersenyum sambil menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali.

“Selamat menikmati bulan madu. Jangan sungkan menghubungi saya atau bagian resepsionis jika ada hal yang dibutuhkan,” ucap pegawai cottage sambil menyerahkan kunci kepada kami.

Tiara tertawa kecil dan aku tertawa jengah saat pria tersebut melirik cincin di jari manis kami masing-masing.

Kami masuk ke dalam cottage sambil tertawa. Melemparkan tas ke segala arah secara serampangan. Dan sama-sama berteriak, “Saatnya snorkeling!” sambil berlari ke arah pantai.

Kami bergandengan tangan. Sepasang cincin di jari manis kami saling bertaut.

--

Akhir Juni 2012

Diving atau Snorkeling?” tanyaku sambil memperhatikan sosok tubuhnya yang ramping.

“Apapun itu, asal sama kamu Mas.” Ia menolehkan kepalanya ke arahku. “And by the way, thank you for this greatest honeymoon. I’ll never forget it, Mas. Thank you,” senyumnya tak berhenti mengembang.

“Aku juga. Kamu bahagia?” tanyaku lagi padanya.

“Sangat, Mas. Sangat.”

Dan langitpun ikut tersenyum, mengiringi senyum istriku.

Tapi tetap, senyumnya maupun senyum langit Wakatobi tidak mampu menghipnotis aku sedahsyat sejumput senyummu, Tiara.

---

3 comments:

  1. huaaaa, mupeng daaah *pengeeeen nantinya bisa honeymoon kesana juga, xixiix

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Thanks, Tan. Pengen cerita tentang "cinta tak berbalas" haha *friendzone*

      Delete