Tuesday, June 26, 2012

MUNGKIN (TAKKAN) ADA LAGI



Ketika rindu membelai lembut
Ketika harap terhambat kabut
Jangan tunggu, tutup matamu
Mimpi akan memeluk tanpa ragu.

Semua kesal, tawa dan gundah
Semua  rasa berbalut dalam kisah
Baringkan dan kunci dalam memori
Karena mungkin (takkan) ada lagi
-bety-



Raja Ampat
 
 *

Raja Ampat. 

Di atas kapal kayu yang meliuk di permukaan laut. Di atas hamparan permadani biru dan ribuan mahluk air yang berenang kesana kemari.

Di atas surga di atas dunia.

Kamu duduk di sampingku. Diiringi detak jantungku yang saling berlomba. Berkejaran.

Semburat mentari pagi keemasan berkolaborasi dengan bayangan cantiknya koral di antara birunya air. Sama sekali tidak setara dengan semu kemerahan yang menghiasi tulang pipimu. 

Pun sejumput bunga ungu mekar yang baru saja aku petik, menyisakan butiran embun pada kelopaknya, sedikit membasahi tubuhmu.

Tidak ada yang menandingi. Wajahmu terlalu sempurna.

Kamu menyeruput gelas plastik berisi kopi Papua. Aromanya menyebar, menyeruak diam di antara kita. Kamu tidak mau menunggu. Aku suka kamu menyukai kopi racikanku.

Kamu tersenyum, menoleh ke arahku. Kopi dan Raja Ampat, apa yang lebih sempurna dari ini? tanyamu.

Aku tersenyum tolol. Kamu tentu saja, jawabku dalam diam.

Mengapa mengucapkan selamat tinggal selalu sulit? Mengapa? Aku tak habis pikir.

Denganmu aku memeroleh kenyamanan dalam tingkatan yang sangat tinggi. Aku bisa bercerita mengenai hal-hal tak berguna dan tetap kamu tak membiarkan aku terlihat bodoh pada akhirnya.

Kamu membuat aku merasa istimewa dan dicintai bahkan di setiap detik waktu yang bergulir deras. Kamu tak tahu betapa aku merasa bahagia dan terberkati memiliki malaikat sepertimu dalam hidupku.

Jadi, apa alasan yang menyakitkan dari perpisahan ini? Apakah bahwa kita sama menyadari jiwa kita terkoneksi. Tanpa kita tahu bagaimana ini semua bisa terjadi? Apakah ini mungkin karena tanpa kita dasari kita sudah membuat komitmen satu sama lain selamanya jauh di bawah alam sadar kita?

Aku pernah bertanya, Siapakah kamu?

Kamu, bukanlah seseorang yang aku tahu. Karena kamu ingin begitu.

Apa yang kamu tunjukkan jauh menutupi apa yang ingin aku ketahui. Kamu biarkan aku membentuk imaji tentangmu, menelannya bulat-bulat, dan menyimpannya dalam sel abu-abuku kepalaku.

Tapi kamu tahu? Bahkan aku tidak perduli.

Kita di sini. Itu yang terpenting. Di kelilingi surga yang dihiraukan oleh mereka yang berlomba mengunjungi keelokan yang lainnya. Di antara gemericik air yang bercumbu dengan para ikan yang berkelit dari jeratan dan kemudian asyik tertawa.

Kita di sini. Untuk satu sama lain. Untuk selamanya. Dan ini adalah janji tanpa sadar yang pernah saling kita buat. Tak terucap, tapi saling terikat. 

Kamu. Kamu bisa membawaku ke manapun tempat yang kamu inginkan. Karena mungkin setelah kali ini tidak akan ada lagi. Karena mungkin setelah ini kamu tidak membiarkan aku mencumbu sosokmu, dan membiarkan jiwaku tenggelam melebihi palung terdalam di birunya Raja Ampat atau laut manapun.

Percayalah bahwa ini bukanlah mengenai kamu atau aku. Ini mengenai KITA. 

Sampai kapan kita akan begini? Diam-diam dalam bayang?
Dan ini menyesakkan karena mungkin, mungkin setelah kali ini tidak akan ada lagi.
Pada akhirnya hanya akan ada aku sendiri, si keras kepala yang bahkan lebih keras dari batu karang Raja Ampat. Jangan pernah paksa aku untuk mengeluarkanmu dari dalam kepalaku. Atau ia akan pecah, selamanya.

*

4 comments:

  1. Suka, Bet. Puitis kata-katanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Tanti... Entah nih lagi kesambet apa jadi mendadak puitis :)

      Delete
  2. hmm puisinya waduh sangat menyentuh hati sekali nih

    datang yuk ke Dieng Paket Wisata Dieng
    dan dapatkan penwaran menarik dari kami Paket Wisata Dieng

    ReplyDelete