Wednesday, June 13, 2012

PAGI KUNING KEEMASAN


Pulau Lengkuas, Belitong

*
Voila!

Akhirnya kakiku menyentuh pasir putih Pulai Lengkuas. Setelah mengeluarkan uang Rp. 350.000 untuk menyewa kapal dan menghabiskan waktu sekira setengah jam dari Tanjung Binga. Benar-benar perjalanan yang mengesankan. Rasanya mataku belum puas menelanjangi bebatuan granit di Pulau Burung yang kami lewati tadi.

Untunglah kami memilih awal bulan Juni untuk mengunjungi pulau ini. Suasana tenang dan cuaca yang bersahabat masih dapat kami jumpai. Memang tak salah pilihan untuk merayakan pernikahan emasnya Kakek dan Nenek sambil berlibur di Belitong. 

Satu persatu kami bersepuluh melompati rangka di kedua sisi perahu.

“Ini surga!”, teriak Demian adikku. Ia menghentak-hentakkan kakinya di atas pantai. Air menyiprat baju Ramuna, sepupu perempuanku.

“Demian!”, tanpa ampun Ramuna menyemburkan air laut ke tubuh Demian.

Ya, ini indah. Air lautnya benar-benar jernih. Gerak ikan yang berenang di dasar laut dengan jelas terlihat. Ini tempat yang menyenangkan. 

Namun ini bukan surga.

 “Kita ke Mercusuar nya nanti saja. Bersama-sama. Main-main sajalah dulu kalian di sini,” kata Papa sambil tersenyum.

“Terus Papa sama Mama mau kemana?” tanya Demian mendelik penuh rasa ingin tahu.

“Rahasia!” sahut Mama sambil menggandeng tangan Papa mesra, menjauhi kami. 

Tante Sophie, Tante Rayna, Om Ivan, dan Kakek serempak merebahkan diri di hamparan pasir. Deretan pohon Kelapa menaungi mereka. Mama dan Papa mengambil waktu sendiri untuk berdua. Kulihat mereka menyusuri pinggir pantai kearah deretan batu granit.

Aku memandang Mercusuar yang berdiri tegak di hadapanku. Menara buatan Belanda bercat putih tampak kokoh, seakan menantangku untuk naik ke puncaknya.

Aku memandang ke sampingku. Nenek pun sedang terpesona dengan menara itu.
“Naik?” tanyan Kakek yang tetiba berdiri di samping kami.

“Tapi….” Nenek tampak ragu, mungkin teringat perkataan Papa tadi.

“Kenapa? Takut? Mereka tak akan marah. Aku akan menjagamu,” lembut Kakek menggandeng tangan Nenek.

Aku menoleh ke belakang. Keluargaku yang lain sedang asyik bermain freesbee sekarang. Mereka tidak akan menyadari.

“Dianty ikut!" bergegas aku mengiringi langkah mereka.

Kami berpapasan dengan penunggu Mercusuar di pintu masuk dan melayangkan senyum. Ia mengawal kami naik ke atas. Bangunan ini cukup tinggi juga, sekira 50 meter. Aku sedikit khawatir dengan kondisi Kakek dan Nenek. Namun rasa bahagia yang tampak di wajah mereka membuat aku sedikit tenang.

“Untunglah keluarga Bapak dan Ibu datang ke Pulau Lengkuas ini pagi-pagi. Jadi, tidak akan terlewatkan maha karya yang indah luar biasa,” ucap penjaga sambil tersenyum. 

Kami sudah mencapai puncak Mercusuar. 

“Silahkan menikmati,” ucapnya sambil menunjuk tangan kearah luar menara.
Serempak kami bertiga terkesima. Semburat keemasan yang terang namun tidak menyilaukan mata menyambut kami. Kakek dan nenek terpana. Aku pun begitu. Mereka berdua bertatapan.

“Ini kado terindah yang Danty berikan, bukan?” tanya Nenek sambil menitikkan air mata. 

“Tentu saja. Ini indah sekali. Ibu rindu dia?” lembut jemari Kakek mengusap pipi wanitanya.

Ah, ingin rasanya aku memeluk mereka.

“Aku juga rindu. Delapan bulan tidak bertemu, aku rindu.” Aku hanya bisa memandangi dua orang yang kucintai tanpa sanggup menyentuh mereka.

 “Seharusnya Danty di sini. Kenapa dia harus pergi mendahului kita?” Kulihat Nenek mengeluarkan fotoku dari dompet mungilnya. 

Nenek dan Kakek bergantian menciumi fotoku. “Terima kasih, sayang.”

Aku bahagia. Perkawinan Emas. Pagi Kuning Keemasan. Ini sempurna. 

-----

Setahun yang lalu.

“Pokoknya tahun depan Kakek dan Nenek harus merayakan perkawinan emas di sini!” serbuku masuk ke ruang keluarga sambil mengibaskan brosur perjalanan.

“Danty, pelan-pelan sayang!” Mama hampir terlompat dari kursi.

Lalu kami semua mengerubuti brosur yang kubawa dari maskapai penerbangan tempatku bekerja. Semuanya sudah aku persiapkan. Belitong. Pulau Lengkuas. Dengan semburat pagi keemasan.

Surga.

*

7 comments:

  1. Belitong emang surga banget ya..
    Bagus Bet ceritanya.. :)

    ReplyDelete
  2. Baca ini nih..... rasanya jadi pengen banget ke pulau Lengkuas!

    ReplyDelete
  3. Makasih Ayu dan Wenny. Yuk, kapan-kapan kita ke sana bareng. :)))

    ReplyDelete
  4. ikuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut.... :D

    ReplyDelete
  5. Kasihan Danty nya sudah meninggal ya, Bet? Apa aku salah tangkap?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, ternyata aku tidak salah tangkap pas baca.

      Delete