Monday, November 19, 2012

Sang Peracau



leadershipfreak.wordpress.com

Dia mulai meracau lagi. Kata demi kata. Laporan tahunan, pendapatan perusahaan yang terus menurun, bla bla bla. Ada beberapa orang yang bisa kau dengarkan ocehannya terus-menerus. Seakan suara mereka dengan mudahnya meresap ke dalam seluruh pori-pori tubuhmu, meskipun kamu sebenarnya tidak mau. Aku kenal dengan salah satunya. Dia sedang berdiri di depanku.
Sekarang ia memaksaku mendengarkan ocehannya mengenai  bagian  pemasaran. “Apa yang dikerjakan mereka setahun ini? Satupun tak ada  proyek yang lolos. Apa aku harus turun langsung?” bentaknya sambil mendelik.
Ah, dia kembali mengisi ruangan ini dengan gas beracunnya, menciptakan polusi bicara. Dan aku tidak bisa membuka jendela untuk membersihkan udara.  

Jadi, aku pecahkan saja kacanya dan melemparkan tubuhnya keluar jendela.

--
#111Kata
File under : Polusi

4 comments:

  1. Dear Aunty,

    Entah kenapa, aku merasa konflik di cerita ini kurang kuat. Emosi seorang AKU kurang terasa. Mungkin akan lebih kuat, kalau ada rutukan-rutukan keras nan pedas.

    Tapi dari segi ide, polusi bicara, aku baru dengar kali ini. Anti mainstream, hehehe

    Semangat! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Justru memang aku jaga supaya tampilan emosi AKU datar, karena sudah kapalan dengan omelan-omelan. Semacam "berdarah dingin". But anyway thank you. :))

      Delete
  2. Aku suka ceritanya, walaupun konfliknya kurang dramatis, tapi karena simpel jadi dekat dengan sehari-hari..

    Blognya keren, Aunty Bety.. Girly sekali... :D

    Salam kenal, :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung, Mas Harry. Aku sengaja tidak menggali konflik yang berapi-api di sini. Aku mengangkat "kegilaan yang tersembunyi". Begitulah. Memang seharusnya si Peracau bisa dibuat lebih ngeselin lagi. Tapi anggaplah aksi nyebelinnya sudah dipaparkan di episode-episode sebelumnya (lah, ngasal. hahaha).

      Sekali lagi, makasih sarannya.:))

      Delete