Monday, February 24, 2014

Count On Me


Dearest Ed,

Beberapa penyadaran datang di tengah perjalanan. Namun tak jarang ia pun nyaris terlambat datang. Tapi apakah ada waktu yang benar-benar terlambat? Kukira tidak, sampai Tuhan benar-benar memutuskan begitu. Ups, kupikir sebaiknya kita kembali kepada tujuan awal surat-surat kita dibuat. Tentu bukan untuk menyesali apa yang pernah terjadi antara kita, bukan? Melainkan untuk kembali bertegur sapa, memastikan bahwa satu sama lain baik-baik saja. Tanpa ada maksud merangkai jalinan yang pernah ada seperti dulu kala.

Ed, apakah kita sedang berada pada titik penyadaran yang sama? Sebuah bentuk penyadaran, bahwa semua kejadian selalu memiliki tujuan. Entahlah. Yang pasti aku ingin kamu tahu, aku benar-benar bersyukur atas hari di mana kamu memulai rangkaian surat ini. Dan butuh kelapangan hati dan kedalaman pikiran untuk mengungkap makna dibalik itu semua. 

Kamu, sudah berada di belahan bumi yang mana sekarang? Kamu berjanji untuk mengisahkan perjalanan denganku, Ed. Dan kupikir, sekarang waktu yang tepat untuk kembali berbagi cerita. Aku ingin potongan kisahmu menemani masa-masa pingitan yang harus aku jalani. Ah, kamu pasti membayangkan betapa aku akan begitu bosan terkurung di rumah tanpa kegiatan, bukankah? Sebenarnya tidak, ternyata masih banyak yang harus kupersiapkan dalam waktu kurang dari seminggu ke depan. Ternyata benar, mempersiapkan pernikahan itu bukanlah hal yang mudah, Ed. Tapi bukan pula hal yang tidak menyenangkan. Dan kisah perjalananmu yang tentunya luar biasa kuyakini bisa membuat kesenangan yang kurasakan berlipat ganda. 

Ed, not all of our secrets shall be told. We should keep some. Well that's what secret is for, right? But at some points, it's okay to share it and reserve it to the most loyal friend. And you can count on me, always. Kamu mau kan berbagi denganku, Ed?

Bandung, 24 Februari 2014
Your (Loyal) Friend

PS:
Selagi kau menikmati kopimu, Ed, aku mulai mengakrabi madu. Kata bunda, terlalu banyak kopi akan membuat tubuhku layu. Ah ya, bunda masih saya mencemaskan hal-hal yang tidak perlu. 

***

No comments:

Post a Comment