Tuesday, February 4, 2014

Sepasang Kruk dan Sebuah Perjalanan



Ed,

Kali ini aku membaca suratmu sembari menghirup aroma vanila dalam larutan teh alih-alih dalam secangkir larutan pekat yang sudah terlalu mengadiksi. Saat kamu menginginkan secangkir kopi, aku justru menginginkan menjadi kamu. Mencoba memahami apa yang kamu berusaha dapatkan dalam setiap seruput teh yang dulu selalu kuanggap pahit. Aku menyecapnya secara perlahan, seperti cara aku menikmati kopi. Aku terkejut, Ed, karena betapa suatu hal yang pernah begitu kita hindari bisa menjadi sangat berbeda ketika kita bersedia membuka diri dan menyelami lebih dalam lagi.

Ah, lupakan tentang teh dan kopi ataupun ‘tidak’ dan ‘bukan’. Kupikir kita harus meminta maaf kepada mereka karena telah menjadi salah satu korban perdebatan kita di masa lalu. 

Mengapa berpikir aku tidak mau mendengar kabar darimu, Ed? Bukankah sudah kukatakan semenjak hari itu aku adalah detektif yang memburu setiap kabar terkait kamu? Bukan untuk mencari jawaban atas kepergian kamu, bukan. Melainkan untuk memastikan, bahwa kamu baik-baik saja. Meski aku tahu, tidak ada yang perlu dikawatirkan dari kamu. Dan seharusnya aku sadar sedari dulu, kamu akan jauh lebih dari sekadar baik-baik saja tanpa aku.

Ed, sadarkah bahwa kita pernah memaksa menjelma sepasang kruk bagi satu sama lain? Dan kita berpikir dengan begitu kita akan dapat saling menopang dan menguatkan. Tapi kita lupa, bahwa terkadang ada masa di mana salah satu dari kita butuh untuk melangkah sendiri, meski dengan satu kaki. Hal yang baru kusadari setelah kepergianmu yang tanpa kata. Maafkan, aku pernah merasa begitu nyaman sampai membuat kamu merasa terkekang.

Mungkin saat itu kita berada di waktu yang salah. Mungkin kita adalah kesalahan itu sendiri. Tapi aku tidak pernah menyimpan penyesalan, terlebih dendam. Jadi jika kamu bertanya apakah aku akan tetap tersenyum dan menyapa jika satu saat kita bertemu di belahan dunia yang entah, jawabnya ya. Tentu saja ya. Mungkin saat itu kita akan menertawakan kekonyolan kita dan mulai kembali membahas hal-hal tidak penting. Atau mungkin aku tanpa sadar telah menyesap teh di cangkir ke dua sembari mendengarkanmu bercerita mengenai serunya bertualang keliling Eropa.

Satu hal yang pasti kuingin saat hari itu tiba adalah, tak ada lagi rahasia di antara kita.



PS:

I’m happy you’re comeback in my life and I hope we continue being friends. Saat kita bertemu nanti, bawalah Ed yang pertama kali kukenal. Happy Euro trip. Sepenggal cerita dari setiap tempat luar biasa yang kausinggahi tentu akan membuat aku lebih dari sekadar baik-baik saja. :’)

--
balasan dari "Secangkir Juga Untukku" dennyed.blogspot.com/2014/02/secang…

4 comments: