Ketika satu persatu kalian pergi.
Saya masih tetap di sini.
Bukan, bukan terpekur menyesali atas apa yang terjadi.
Satu persatu langkah meninggalkan saya.
Menyisakan di benak begitu banyak tanya.
Maafkan, maafkan ketika sempurna kita tidak pernah sama.
Berpikir apa yang tidak membuat ini benar?
Apa yang gagal untuk saya nalar?
Ketika saya kira saya sudah menemukan pilar?
Sudahlah.
Saya tidak marah.
Dan tidak ada yang sebegitu perlunya membuat saya marah.
Saya sudah menutup separuh hati saya.
Tapi jika ada yang berpikir saya menutup juga separuh
mata.
Maka itu hanya ilusi yang ingin kalian percaya.
Maafkan saya.
Salahkan saya.
Saya sudah terbiasa.
Tinggalkan saya.
Biarkan saya.
Sendiri saya terbiasa.
Datanglah.
Ketika kalian sadar sudah salah menjejakkan langkah.
Mungkin saya akan menyambut kalian yang sudah begitu
lelah.
Mungkin.
Saya tidak yakin.
Karena hati tinggal separuh. Saya miskin.
No comments:
Post a Comment