Monday, January 14, 2013

Pukul 2 Dini Hari



Woman in bed, 1941 • Irving Penn


cerita sebelumnya -> 

DARLENE
16 Nopember 2012

Bagi sang wanita bangun dari tidur diiringi musik yang dialunkan oleh nada-nada kehidupan, sepenuhnya hanyalah fiksi. Ia tak pernah menikmati simponi pagi hari yang dilantunkan oleh sepasang burung yang bercumbu riang, bunyi jerit yang menimpali peralatan dapur yang berkelontangan, atau seret kaki yang berdesir perlahan di atas karpet. Kenyataannya adalah ia selalu terbangunkan dalam keadaan yang dinamakan keheningan. Yah, memang tidak sepenuhnya hening. Karena tak lama setelah mata wanita terbuka, terdengar suara degub jantungnya yang lamat-lamat berkolaborasi dengan pemikiran yang menari tanpa arah di kepalanya. Diikuti dengan bunyi yang berasal dari hentakan lembut selimut dan sendi-sendi tubuhnya yang berderik. Juga sisa isak yang gagal ia sembunyikan, beberapa hari ini.

Wanita melirik jam dinding. Sekali lagi ia terbangun jauh lebih cepat dari kokok ayam. Tak peduli jam berapa ia memejamkan mata, ia selalu terbangun saat jam menunjukkan pukul 02.00. Malam ini ia hanya sempat memejamkan mata sekira satu jam. Dan kini ia merasakan kepalanya teramat berat.
 
Wanita harus bersyukur bahwa ini adalah hari Sabtu. Meski memiliki jadwal konsultasi dengan klien di biro hukum tempatnya bekerja, tapi itu baru akan terjadi tujuh jam ke depan. Sementara itu, ia merasa butuh menenangkan ide-ide mengenai lelakinya, yang berlarian liar, menabrak-nabrak kesiagaan atas mengadanya di dunia, setidaknya saat ini. 

Jadi, kali ini berapa bulir air mata lagi yang akan diteteskan untuk lelakinya? 

Ia memeluk bantal yang sudah menyangga kepalanya semalaman. Yang bahkan sisa air matanya di malam sebelumnya masih melembabkan kain dan isi bantal. Bagian tengahnya ringsek ke dalam. Tapi bagi sang wanita, itu belum seberapa.

 BUKKKK!!!!

Wanita mengepalkan kedua tangannya sekali lagi. Menghujamkannya keras-keras, bergantian sehingga segiempat yang tampak empuk itu semakin tak beraturan bentuknya. Ia menangis, sekali lagi ia menghujamkan wajahnya ke arah bantal.

Wanita berpikir, jika bantalku bisa berbicara, aku tidak tahu apa yang akan ia balik lakukan padaku. Apakah ia akan meneriakkan rasa kesalnya? Ataukah ia akan mengungkapkan kesedihan  atas rasa sakit yang ia terima lagi dan lagi?  Aku tak tahu. Tapi yang pasti ia selalu ada untukku. Sama seperti aku yang selalu ada untukmu.

Jadi, ini sudah keberapa kalinya kamu membawa aku mengada dalam situasi seperti ini? Sudah berapa kali aku membiarkan hati dan pikiran menjadi dua sosok yang asing dengan jiwaku sendiri? Sampai kapan aku harus terbangun menangisimu sepanjang sisa hari?

Katakan, apakah pikiran tentangmu ataukah pukul dua dini hari yang harus aku benci?

Wanita bangun dari tempat tidurnya. Berjalan menuju jam yang terpampang di dinding. Dengan nanar ia menatap jarum panjang yang bergerak menjauhi angka dua belas, lalu meraihnya. Wanita berpikir, mungkin yang akan  ia lakukan adalah cara terbaik.

Dengan sekuat tenang ia membanting jam yang telah bersalah karena membuatnya terbangun dan memikirkan semua tentang lelakinya. 

Mulai besok, aku tak mau terbangun pada pukul dua dini hari lagi. Jika hanya untuk menangisi dirimu yang semakin menjauh.

Lalu Darlene, sang wanita, melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Menyetel keran air panas pada bathtub, menyalakan dua batang lilin beraroma, dan perlahan melepas gaun tidurnya. 

Ini akan menjadi sisa hari yang panjang. 

---
_bersambung_ 

5 comments:

  1. kerennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
    walopun jd ikutan sedih bacanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makasih. Ini masih berlanjut kok. Mudah2an selanjutnya nggak sedih2 lagi. :))

      Delete
    2. ou gitu..iya lg musim ujan ni
      jd terbawa suasana :D

      Delete
    3. Huum kayaknya. Pengennya sih setiap hari bikinnya beda tokoh, selang seling antara tokoh cewek dan cowoknya. mudah2an konsisten dan bisa dikembangkan lagi ceritanya. Mohon masukannya, ya. Makasih. :')

      Delete
  2. wahh..aku nyimak dulu aja ya
    ini jg masi belajar soalnya bikin tulisan..apalagi yg gaya serius gini
    selama ini cuma ngeblog hal2 gila seputar keseharian aja :D

    yg penting mari kita menulis
    :D

    ReplyDelete